Kamis, 12 Januari 2017

Kitab Bhagavad Gita Bab 1

Bab I
Arjuna Wisada Yogah

1-1
dhritarashtra uvaca
dharma-kshetre kuru-kshetre
samaveta yuyutsavah
mamakah pandavas caiva
kim akurvata sanjaya

Dhrtarastra berkata:
Di medan dharma, di padang Kuruksetra, ketika putra-putraku dan putra-putra Pandu telah berkumpul bersama siap untuk bertempur, apakah yang mereka lakukan, wahai Sanjaya?


1-2
sanjaya uvaca
drishtva tu pandavanikam
vyudham duryodhanas tada
acaryam upasangamya
raja vacanam abravit

Sanjaya berkata:
Kemudian, setelah menyaksikan pasukan para Pandava yang siap siaga dalam formasi tempur, pangeran Duryodhana menghampiri gurunya, acarya agung Drona, seraya berkata:


1-3
pasyaitam pandu-putranam
acarya mahatim camum
vyudham drupada-putrena
tava sisyena dhimata

Saksikanlah, wahai guruku; pasukan putra-putra Pandu yang gagah perkasa itu, yang dipimpin oleh murid paduka yang bijaksana, putra Drupada

1-4
atra sura mahesv-asa
bhimarjuna-sama yudhi
yuyudhano viratas ca
drupadas ca maha-rathah

Disana ada pula para pahlawan pemanah tangguh yang sebanding dengan Bhima dan Arjuna dalam peperangan, seperti Virata, Yuyudhana dan Drupada yang semuanya merupakan perwira-perwira gagah perkasa

1-5
dhrishtaketus cekitanah
kasirajas ca viryavan
purujit kuntibhojas ca
saibyas ca nara-pungavah

Juga terdapat Dhrstaketu, Cekitana dan raja negeri Kasi yang gagah perkasa; serta Purujit, Kuntibhoja dan Saibya, sebagai manusia-manusia pilihan yang perkasa

1-6
yudhamanyus ca vikranta
uttamaujas ca viryavan
saubhadro draupadeyas ca
sarva eva maha-rathah

Juga ada Yudhamanyu yang kuat kekar; Uttamauja yang gagah berani, serta putra-putra Subhadra dan Draupadi, yang semuanya merupakan pahlawan-pahlawan kereta yang tangguh

2-1
sanjaya uvaca
tam tatha kripayavistam
asru-purnakuleksanam
visidantam idam vakyam
uvaca madhusudanah


Sanjaya berkata:
Kepada (yang) diliputi dengan perasaan belas kasihan; yang pelupuk matanya dipenuhi dengan air mata dan kesedihan yang mendalam serta tertekan dalam pikirannya, Madhusudana (Krsna) berkata sebagai berikut:

2-2
sri-bhagavan uvaca
kutas tva kasmalam idam
visame samupasthitam
anarya-justam asvargyam
akirti-karam arjuna




Sri Bhagavan (Krsna) bersabda:
Dari manakah datangnya kedukaan dan patah semangat di saat yang kritis ini? (Sifat yang demikian) itu tak dikenal oleh orang-orang mulia (tidak diperkenankan oleh orang-orang Aryan); ia tak akan membawa(mu) menuju surga (dan di bumi ini) itu akan menyebabkan dipermalukan (orang), wahai Arjuna


2-3
klaibyam ma sma gamah partha
naitat tvayy upapadyate
ksudram hridaya-daurbalyam
tyaktvottistha parantapa




Jangan biarkan kelemahan itu, wahai Partha (Arjuna), karena hal ini bukan sifatmu. Buanglah sikap pengecut yang tidak ada artinya ini dan bangkitlah, wahai Parantapa (penakluk musuh-musuh; Arjuna)


2-4
arjuna uvaca
katham bhismam aham sankhye
dronam ca madhusudana
isubhih pratiyotsyami
pujarhav ari-sudana




Arjuna berkata:
Bagaimana (mungkin) aku mampu menyerang kakek Bhisma dan guru Drona, yang patut kuhormati itu, wahai Madhusudana (Krsna), dengan menggunakan anak-anak panah dalam pertempuran ini, wahai Arisudana (pembantai musuh-musuh; Krsna)


2-5
gurun ahatva hi mahanubhavan
sreyo bhoktum bhaiksyam apiha loke
hatvartha-kamams tu gurun ihaiva
bhunjiya bhogan rudhira-pradigdhan




Di dunia ini lebih baik menjadi pengemis peminta-minta dari pada membunuh para guru mulia ini. Walaupun mereka mabuk duniawi, mereka tetap sebagai guruku; dan dengan membunuhnya, aku hanya akan menikmati kesenangan duniawi ini dengan lumuran darah.


2-6
na caitad vidmah kataran no gariyo
yad va jayema yadi va no jayeyuh
yan eva hatva na jijivisamas
te ’vasthitah pramukhe dhartarastrah




Kita tidak tahu pasti yang manakah yang lebih baik; apakah kita menumpas mereka ataukah mereka menumpas kita. Putra-putra Dhrtarastra yang apabila kita bunuh dan tidak memperdulikan kehidupannya, semuanya berdiri di depan kita dalam formasi siap tempur.


2-7
karpanya-dosopahata-svabhavah
prcchami tvam dharma-sammudha-cetah
yac chreyah syan niscitam bruhi tan me
shishyas te ’ham sadhi mam tvam prapannam




Keadaanku merasa terpukul oleh kelemahan akan rasa iba (sentimental) dan pikiranku bingung tentang tugas kewajibanku. Aku bertanya kepada-Mu, jelaskanlah secara pasti, manakah yang lebih baik. Aku adalah murid-Mu, jelaskanlah padaku, yang berlindung pada-Mu.


2-8
na hi prapasyami mamapanudyad
yac chokam ucchosanam indriyanam
avapya bhumav asapatnam rddham
rajyam suranam api cadhipatyam




Aku tidak melihat apa yang akan menyingkirkan kesedihan yang menghentikan indra-indraku ini, walaupun aku menjadi kaya dan mendapatkan kerajaan yang tak tertandingi di bumi ini, ataupun penguasaan atas para dewa


2-9
sanjaya uvaca
evam uktva hrishikesham
gudakeshah parantapah
na yotsya iti govindam
uktva tusnim babhuva ha




Sanjaya berkata:
Setelah mengutarakan keluhannya kepada Hrsikesa (Krsna), Gudakesa (Arjuna) yang perkasa berkta kepada Govinda (Krsna): “Aku tak mau bertempur”, dan diam terhenyak.


2-10
tam uvaca hrishikeshah
prahasann iva bharata
senayor ubhayor madhye
visidantam idam vacah




Kepada yang tertimpa perasaan tertekan di tengah-tengah kedua pasukan itu, wahai Bharata (Dhrtarastra), sambil tersenyum Hrsikesa (Krsna) menyampaikan kata-kata ini:


2-11
sri-bhagavan uvaca
asocyan anvasocas tvam
prajna-vadams ca bhasase
gatasun agatasums ca
nanusocanti panditah




Sri Bhagava (Krsna) bersabda:

Engkau bersedih terhadap mereka yang tak patut kamu sedihi, namun kamu berbicara tentang kebijaksanaan. Orang bijaksana tak akan bersedih baik terhadap mereka yang hidup maupun yang mati


2-12
na tv evaham jatu nasam
na tvam neme janadhipah
na caiva na bhavisyamah
sarve vayam atah param



Tak pernah ada saat-saat dimana Aku, engkau dan para raja manusia tak pernah ada, ataupan akan senantiasa ada nantinya, manakala kita semua berhenti adanya


2-13
dehino ’smin yatha dehe
kaumaram yauvanam jara
tatha dehantara-praptir
dhiras tatra na muhyati




Seperti halnya sang roh yang melewatkan waktunya dalam badan ini dari masa kanak-kanak, remaja dan usia tua, demikian juga bila ia berpindah ke badan yang lainnya. Orang bijaksana tak akan terbingungkan oleh hal ini.


2-14
matra-sparshas tu kaunteya
sitosna-sukha-duhkha-dah
agamapayino ’nityas
tams titiksasva bharata




Hubungannya dengan obyek-obyek indranya, wahai Kaunteya (putra Kunti; Arjuna), menimbulkan panas dan dingin, suka dan duka. Semuanya muncul dan lenyap, tak abadi, (karenanya belajarlah untuk menanggungnya, wahai Bharata (Arjuna)


2-15
yam hi na vyathayanty ete
purusham purusharsabha
sama-duhkha-sukham dhiram
so ’mrtatvaya kalpate


Orang yang tak tergoyahkan oleh hal-hal ini, wahai pemimpin di antara manusia (Arjuna), yang tegap (menganggap) sama dalam menerima kedukaan dan kesenangan, yang bijaksana menjadikan dirinya layak untuk hidup abadi.


2-16
nasato vidyate bhavo
nabhavo vidyate satah
ubhayor api drsto ’ntas
tv anayos tattva-darshibhih




Yang bukan keberadaan, tak akan pernah ada; dari keberadaan ini tak akan berhenti adanya. Kedua hal ini telah dipahami oleh para pengamat kebenaran.


2-17
avinasi tu tad viddhi
yena sarvam idam tatam
vinasam avyayasyasya
na kascit kartum arhati




Ketahuilah bahwa yang meliputi semuanya ini tak dapat dimusnahkan. Terhadap keberadaan yang abadi ini, tak seorangpun dapat memusnahkannya.


2-18
antavanta ime deha
nityasyoktah saririnah
anasino ’prameyasya
tasmad yudhyasva bharata




Dikatakan bahwa badan dari perwujudan (roh) abadi yang tak termusnahkan dan yang tak terpahami ini akan berakhir juga. Oleh karena itu bertempurlan, wahai Bharata (Arjuna).


2-19
ya enam vetti hantaram
yas cainam manyate hatam
ubhau tau na vijanito
nayam hanti na hanyate




Ia yang berpikir bahwa Ia membunuh dan ia yang berpikir bahwa Ia terbunuh; keduanya gagal untuk memahami kebenaran; (karena) Dia tak membunuh maupun terbunuh.


2-20
na jayate mriyate va kadacin
nayam bhutva bhavita va na bhuyah
ajo nityah sasvato ’yam purano
na hanyate hanyamane sarire




Dia tak pernah lahir ataupun mati kapanpun juga, demikian pula setelah ada tak akan berhenti untuk tetap ada. Dia tak terlahirkan, kekal, abadi dan dari jaman dahulu tetap demikian selamanya. Dia tak akan terbunuh manakala badan terbunuh.


2-21
vedavinasinam nityam
ya enam ajam avyayam
katham sa purushah partha
kam ghatayati hanti kam 


Ia yang mengetahui bahwa Dia tak termusnahkan dan abadi, tak terciptakan dan kekal, bagaimana pribadi semacam itu dapat membunuh seseorang, waha Partha (Arjuna), ataupun menyebabkan seseorang untuk membunuh?


2-22
vasamsi jirnani yatha vihaya
navani grhnati naro ’parani
tatha sarirani vihaya jirnany
anyani samyati navani dehi




Bagaikan seseorang yang menanggalkan pakaian usang dan mengenakan pakaian lain yang baru, demikianlah roh yang berwujud mencampakkan badan lama yang telah usang dan mengenakan badan jasmani yang baru.


2-23
nainam chindanti shastrani
nainam dahati pavakah
na cainam kledayanty apo
na sosayati marutah




Senjata tak dapat melukai sang diri ini; api tak dapat membakar-Nya; air tak dapat membasahi-Nya dan anginpun tak dapat mengeringkan-Nya.


2-24
acchedyo ’yam adahyo ’yam
akledyo ’sosya eva ca
nityah sarva-gatah sthanur
acalo ’yam sanatanah




Dia tak dapat dilukai ataupun dibakar; Dia juga tak terbasahi ataupun terkeringkan. Dia bersifat abadi, meliputi segalanya, tak berubah dan tak bergerak; dan tetap sama selamanya.


2-25
avyakto ’yam acintyo ’yam
avikaryo ’yam ucyate
tasmad evam viditvainam
nanusocitum arhasi




Dia dikatakan tak termanifestasikan, tak terpikirkan dan tak berubah-ubah. Oleh karena itu, ketahuilah Dia sebagaimana adanya, engkau hendaknya jangan berduka.


2-26
atha cainam nitya-jatam
nityam va manyase mrtam
tathapi tvam maha-baho
nainam socitum arhasi




Walaupun seandainya engkau berpikir bahwa sang diri itu terus menerus lahir dan mati, namun, wahai yang berlengan perkasa (Arjuna), janganlah engkau bersedih


2-27
jatasya hi dhruvo mrityur
dhruvam janma mrtasya ca
tasmad apariharye ’rthe
na tvam socitum arhasi




Bagi seseorang yang lahir, kematian sudahlah pasti dan pasti ada kelahiran bagi mereka yang mati; sehingga terhadap hal yang tak terelakkan ini, janganlah engkau berduka.


2-28
avyaktadini bhutani
vyakta-madhyani bharata
avyakta-nidhanany eva
tatra ka paridevana




Makhluk-makhluk pada awalnya tak berwujud, berwujud di tengah-tengah dan tak berwujud kembali pada akhirnya, wahai Bharata (Arjuna). Apa yang mesti diratapi?


2-29
ascarya-vat pasyati kascid enam
ascarya-vad vadati tathaiva canyah
ascarya-vac cainam anyah srnoti
srutvapy enam veda na caiva kascit




Seseorang memandang-Nya sebagai mengherankan, yang lain membicarakan tentang Dia sebagai suatu yang mengherankan; yang lainnya lagi mendengar tentang Dia sebagai sesuatu yang mengherankan; namun setelah mendengarkan ini, tak seorangpun dapat memahami-Nya.


2-30
dehi nityam avadhyo ’yam
dehe sarvasya bharata
tasmat sarvani bhutani
na tvam socitum arhasi




Penghuni badan setiap orang, wahai Bharata (Arjuna), semuanya abadi dan tak pernah dapat dibunuh. Karenanya, engkau tak perlu bersedih atas kematian makhluk apapun.


2-31
sva-dharmam api caveksya
na vikampitum arhasi
dharmyad dhi yuddhac chreyo ’nyat
kshatriyasya na vidyate




Selanjutnya, setelah menyadari akan tugas kewajibanmu, engkau hendaknya jangan gentar; karena di sana tak ada kebaikan yang lebih besar bagi seorang Ksatriya dibandingkan dengan pertempuran yang dibarengi dengan kewajiban untuk melakukan hal itu.


2-32
yadrcchaya copapannam
svarga-dvaram apavrtam
sukhinah kshatriyah partha
labhante yuddham idrsam




Berbahagialah para Ksatriya, wahai Partha (Arjuna), yang mendapat kesempatan berperang seperti itu, karena tanpa harus berusaha keras, pintu surga telah terbuka baginya.


2-33
atha cet tvam imam dharmyam
sangramam na karishyasi
tatah sva-dharmam kirtim ca
hitva papam avapsyasi




Tetapi, apabila engkau tidak melakukan perang menegakkan keadilan ini, lalu engkau akan melaksanakan kewajiban dan kehilangan kehormatanmu serta tertimpa oleh dosa-dosa.


2-34
akirtim capi bhutani
kathayisyanti te ’vyayam
sambhavitasya cakirtir
maranad atiricyate




Di samping itu, orang akan terus membicarakan nama burukmu dan bagi seseorang yang terhormat, mendapat nama buruk itu lebih menyakitkan dari pada kematian..


2-35
bhayad ranad uparatam
mamsyante tvam maha-rathah
yesham ca tvam bahu-mato
bhutva yasyasi laghavam




Para pahlawan agung akan mengira bahwa engkau telah mengundurkan diri dari pertempuran karena takut (pengecut) dan mereka yang pernah memujamu akan menganggapmu hina dan mencemooh dirimu


2-36
avacya-vadams ca bahun
vadisyanti tavahitah
nindantas tava samarthyam
tato duhkhataram nu kim




Banyak caci makin dilontarkan kepadamu oleh musuh-musuhmu, dengan meremehkan serta merendahkan kekuatannmu. Adakah yang lebih menyedihkan dari hal itu?


2-37
hato va prapsyasi svargam
jitva va bhoksyase mahim
tasmad uttistha kaunteya
yuddhaya krta-niscayah




Andaikatapun engkau tewas, engkau akan pergi ke surga, atau kalau engkau menang, engkau akan menikmati dunia ini; oleh karena itu bangkitlah, wahai putra Kunti (Arjuna), maju bertempur.


2-38
sukha-duhkhe same kritva
labhalabhau jayajayau
tato yuddhaya yujyasva
naivam papam avapsyasi



Dengan menganggap senang dan menderita, laba dan rugi, menang dan kalah, kemudian siap untuk bertempur. Dengan demikian engkau tidak melakukan dosa.


2-39
esa te ’bhihita sankhye
buddhir yoge tv imam shrinu
buddhya yukto yaya partha
karma-bandham prahasyasi




Inilah kebijaksanaan Samkhya yang kuberikan padamu, wahai Partha (Arjuna). Sekarang dengarkan kebijaksanaan Yoga dan apabila kecerdasanmu mampu memahaminya, engkau akan mampu melepaskan ikatan karma.


2-40
nehabhikrama-naso ’sti
pratyavayo na vidyate
sv-alpam apy asya dharmasya
trayate mahato bhayat




Di jalan ini, tak ada usaha yang sia-sia dan tak ada rintangan yang tak teratasi; bahkan walaupun sedikit dari dharma ini sudah cukup untuk membebaskan dari ketakutan yang mengerikan.


2-41
vyavasayatmika buddhir
ekeha kuru-nandana
bahu-sakha hy anantas ca
buddhayo ’vyavasayinam




Dalam hal ini, wahai Kurunandana (Arjuna), yang pikirannya sudah bulat, pemahamannya menyatu; sedangkan yang pikirannya masih ragu-ragu, pemahamannya bercabang dan tak ada habis-habisnya.


2-42 & 2-43
yam imam puspitam vacam
pravadanty avipascitah
veda-vada-ratah partha
nanyad astiti vadinah
kamatmanah svarga-para
janma-karma-phala-pradam
kriya-visesa-bahulam
bhogaisvarya-gatim prati




Orang-orang munafik, yang hanya mempercayai apa yang tersurat dalam kita Veda yang menyatakan bahwa tak ada hal lainnya lagi, wahai Partha, sifatnya hanya berdasarkan pada keinginan dan nafsu untuk mencapai surga dan mereka menyatakan kata-kata yang muluk-muluk bahwa kelahiran kembali merupakan hasil dari kegiatan kerja; dan untuk mendapatkan kenikmatan dan kekuasan mereka mengajarkan berbagai macam upacara ritual khusus.


2-44
bhogaisvarya-prasaktanam
tayapahrta-cetasam
vyavasayatmika buddhih
samadhau na vidhiyate




Kecerdasan yang membedakan antara benar dan salah dari mereka yang terikat dengan kenikmatan dan kekuasaan serta mereka yang pikirannya terpengaruhi oleh kata-kata (Veda) yang semacam itu tak akan dapat berkonsentrasi pada sang Diri.


2-45
trai-gunya-visaya veda
nistrai-gunyo bhavarjuna
nirdvandvo nitya-sattva-stho
niryoga-ksema atmavan




Kegiatan dari triguna (tiga sifat alam) aadlah masalah pokok dari kitab Veda, tetapi engkau hendaknya membebaskan dirimu dari padanya, wahai Arjuna, bebaskan pula dirimu dari dualitas (pasangan yang saling bertentangan) dan mantapkan pikiranmu pada kemurnian, jangan memperdulikan tentang masalah duniawi dan berkonsentrasi pada sang Diri.


2-46
yavan artha udapane
sarvatah samplutodake
tavan sarveshu vedesu
brahmanasya vijanatah




Seperti kegunaan sebuah kolam di daerah banjir, dengan air yang melimpah di mana-mana, demikian pula kitab Veda bagi para Brahmana yang bijaksana.


2-47
karmany evadhikaras te
ma phalesu kadacana
ma karma-phala-hetur bhur
ma te sango ’stv akarmani




Tugasmu kini hanyalah berbuat dan jangan sekali-kali mengharap akan hasilnya; jangan sekali-kali hasil yang menjadi motifmu ataupun sama sekali terikat dengan tanpa kegiatan


2-48
yoga-sthah kuru karmani
sangam tyaktva dhananjaya
siddhy-asiddhyoh samo bhutva
samatvam yoga ucyate




Mantapkanlah dalam Yoga dan lakukanlah kegiatanmu, wahai Dananjaya (Arjuna), lepaskan keterikatan dan tetap teguh baik dalam keberhasilan maupun kegagalan, karena ketenangan pikiran itu disebut sebagai Yoga


2-49
durena hy avaram karma
buddhi-yogad dhananjaya
buddhau saranam anviccha
kripanah phala-hetavah




Sungguh sangat rendah derajat mereka yang hanya bekerja tanpa pendisiplinan kecerdasan (buddhiyoga), wahai Dhananjaya (Arjuna), berlindunglah pada kecerdasan. Kasihan mereka yang mengharapkan hasil dari kegiatan kerja.


2-50
buddhi-yukto jahatiha
ubhe sukrita-duskrte
tasmad yogaya yujyasva
yogah karmasu kausalam




Orang yang telah mempersatukan kecerdasannya dengan yang bersifat Ilahi, bahkan telah melepaskan yang baik maupun yang buruk. Karenanya, usahakanlah untuk melakukan yoga, sebab yoga merupakan ketrampilan dalam kegiatan kerja


2-51
karma-jam buddhi-yukta hi
phalam tyaktva manisinah
janma-bandha-vinirmuktah
padam gacchanty anamayam




Orang bijaksana yang telah menyatukan kecerdasannya (dengan yang bersifat Ilahi), dengan melepaskan hasil dari kegiatan yang dilakukannya dan terbebas dari belenggu kelahiran kembali serta mencapai keadaan yang tanpa penderitaan lagi.


2-52
yada te moha-kalilam
buddhir vyatitarisyati
tada gantasi nirvedam
srotavyasya srutasya ca



Apabila kecerdasanmu telah melampaui kekeruhan khayalan, lalu engkau bersikap sama dan netral terhadap apa yang telah didengar maupun yang akan didengar.


2-53
shruti-vipratipanna te
yada sthasyati niscala
samadhav acala buddhis
tada yogam avapsyasi




Apabila kecerdasanmu, yang dikacaukan oleh naskah-naskah Veda telah mantap tak tergoyahkan lagi dan tetap stabil dalam samadhi, maka engkau dikatakan telah mencapai penglihatan batin (yoga)


2-54
arjuna uvaca
sthita-prajnasya ka bhasa
samadhi-sthasya keshava
sthita-dhih kim prabhaseta
kim asita vrajeta kim




Arjuna bertanya:
Apakah tanda-tanda orang yang memiliki kebijaksanaan yang mantap, yang teguh dalam melakukan samadhi, wahai Kesava (Krsna)? Bagaimanakah orang yang kecerdasannya telah mantap itu berbicara, duduk dan cara berjalannya?


2-55
sri-bhagavan uvaca
prajahati yada kaman
sarvan partha mano-gatan
atmany evatmana tustah
sthita-prajnas tadocyate




Sri Bhagavan bersabda:
Bilamana seseorang telah dapat menyingkirkan segala keinginannya, wahai Partha (Arjuna), dan manakala jiwanya telah merasa terpuaskan pada dirinya sendiri, maka mereka itulah yang disebut sebagai orang yang kecerdasannya stabil.


2-56
duhkhesv anudvigna-manah
sukhesu vigata-sprhah
vita-raga-bhaya-krodhah
sthita-dhir munir ucyate




Ia yang pikirannya tak terusik di tengah-tengah kesenangan; yang nafsu, rasa takut dan kemarahannya telah lenyap, ia disebut seseorang Muni yang teguh iman.


2-57
yah sarvatranabhisnehas
tat tat prapya subhasubham
nabhinandati na dvesti
tasya prajna pratisthita




Ia yang tanpa rasa keterikatan lagi, yang tiada bersenang hati maupun bersedih dalam perolehan yang baik maupun yang buruk dikatakan berada dalam kecerdasan yang mantap


2-58
yada samharate cayam
kurmo ’nganiva sarvasah
indriyanindriyarthebhyas
tasya prajna pratisthita




Ia yang menarik semua indra dari obyek-obyeknya, seperti kura-kura yang menarik anggota badannya masuk ke dalam cangkangnya, demikianlah orang yang kecerdasannya seimbang dalam suka maupun duka.


2-59
visaya vinivartante
niraharasya dehinah
rasa-varjam raso ’py asya
param drishtva nivartate



Obyek-obyek indra akan lenyap dari pikiran orang yang menjalani pengekangan diri, tetapi selera ke arah sana masih tetap ada Namun hal inipun akan lenyap pula apabila Yang Tertinggi telah dapat dihayati.


2-60
yatato hy api kaunteya
purushasya vipascitah
indriyani pramathini
haranti prasabham manah




Walauppun seseorang senantiasa berusaha keras untuk mencapai kesempurnaan, wahai putra Kunti (Arjuna), indra-indranya yang liar akan berusaha untuk menyeret pikirannya dengan paksa.


2-61
tani sarvani samyamya
yukta asita mat-parah
vase hi yasyendriyani
tasya prajna pratisthita




Setelah mengendalikan semua indranya, ia hendaknya tetap mantap dalam melaksanakan yoga yang intensif kepada-Ku; karena ia yang indra-indranya terkendalikan, kecerdasannya juga akan turut termantapkan


2-62
dhyayato visayan pumsah
sangas tesupajayate
sangat sanjayate kamah
kamat krodho ’bhijayate



Bila orang selalu memikirkan obyek-obyek indra, akan timbul keterikatan terhadapnya. Dari sana muncul keinginan dan dari keinginan timbullah kemarahan.


2-63
krodhad bhavati sammohah
sammohat smriti-vibhramah
smriti-bhramsad buddhi-naso
buddhi-nasat pranasyati




Dari kemarahan timbullah kebingungan, dari kebingungan hilangnya ingatan dan dari hilangnya ingatan, kecerdasan terhancurkan. Dari hancurnya kecerdasan membawanya pada kemusnahan.


2-64
raga-dvesa-vimuktais tu
visayan indriyais caran
atma-vasyair vidheyatma
prasadam adhigacchati



Tetapi orang yang pikirannya mantap, yang hidup di tengah-tengah obyek-obyek indra, dengan indra-indra yang terkendalikan sempurna, bebas dari keterikatan dan kebencian, mencapai kemurnian jiwa

2-65
prasade sarva-duhkhanam
hanir asyopajayate
prasanna-cetaso hy asu
buddhih paryavatisthate




Dan dalam jiwa yang murni segala penderitaan musnah dan kecerdasan dari rang semacam itu akan segera dapat dimantapkan


2-66
nasti buddhir ayuktasya
na cayuktasya bhavana
na cabhavayatah shantir
asantasya kutah sukham



Bagi mereka yang pikirannya tak terkendalikan, kecerdasannya juga lenyap; demikian juga bagi pikiran yang tak terkendalikan kekuatan konsentrasinya pun lenyap. Tanpa konsentrasi tak mungkin adanya kedamaian dan ketiadaan kedamaian mana mungkin ada kebahagiaan, bukan?


2-67
indriyanam hi caratam
yan mano ’nuvidhiyate
tad asya harati prajnam
vayur navam ivambhasi



Bila pkiran masih tetap mengejari indra-indra yang mengembara ia akan membawa serta kemampuan pemahaman (kecerdasan), ibarat angin yang menghanyutkan perahu di samudera luas

2-68
tasmad yasya maha-baho
nigrhitani sarvasah
indriyanindriyarthebhyas
tasya prajna pratisthita


Oleh karena itu, wahai Yang berlengan perkasa (Arjuna), mereka yang mampu menarik indra-indra dari obyek-obyeknya, kecerdasannya pun akan termantapkan.


2-69
ya nisa sarva-bhutanam
tasyam jagarti samyami
yasyam jagrati bhutani
sa nisa pasyato muneh



Apa yang merupakan malam hari bagi semua makhluk, merupakan saat terjaga bagi yang berjiwa mantap; dan apa yang merupakan siang hari bagi semua makhluk, merupakan saat malam bagi jiwa yang tercerahi


2-70
apuryamanam acala-pratishtham
samudram apah pravishanti yadvat
tadvat kama yam pravishanti sarve
sa shantim apnoti na kama-kami



Seperti semua air sungai yang mengalir menuju lautan, yang tetap tenang, demikianlah segala keinginan yang memasuki jiwa orang yang bijaksana, mencapai kedamaian dan bukan bagi mereka yang senantiasa melepaskan nafsu keinginannya.


2-71
vihaya kaman yah sarvan
pumams carati nihsprhah
nirmamo nirahankarah
sa shantim adhigacchati



Ia yang mencampakkan segala keinginannya dan bertindak bebas tanpa keinginan, tanpa perasaan “kemilikan” dan “keakuan”, akan mencapai kedamaian dalam jiwanya.


2-72
esa brahmi sthitih partha
nainam prapya vimuhyati
sthitvasyam anta-kale ’pi
brahma-nirvanam rcchati



Ini merupakan kondisi ilahi (brahmisthiti), wahai Partha, dan mereka yang telah mencapai tingkatan ini tak lagi terbingungkan; bahkan saat ajal tiba ia tetap termantapkan dalam kondisi tersebut dan mencapai kebahagian Brahman (brahmanirwana)


Di sini berakhir bab kedua dari Upanisad Bhagawadgita, ajaran tentang Brahmawidya dan yogasastra, berupa percakapan antara Sri Krsna dan Arjuna, yang berjudul ‘SAMKHYA YOGA’
1-7
akam tu visista ye
tan nibodha dvijottama
nayaka mama sainyasya
samjnartham tan bravimi te

Ketahui pulalah, wahai yang terbaik di antara para dvijati (kaum pendeta), semua panglima pasukan kita yang merupakan pimpinan kenamaan, yang akan kusebutkan namanya guna bahan informasi paduka guru

1-8
bhavan bhismas ca karnas ca
kripas ca samitim-jayah
ashvatthama vikarnas ca
saumadattis tathaiva ca

Paduka sendiri, guruku; lalu Bhisma, Karna dan Krpacarya, yang selalu jaya dalam pertempuran; demikian pula Asvatthama, Vikarna dan putra-putra dari raja Somadatta


1-9
anye ca bahavah sura
mad-arthe tyakta-jivitah
nana-shastra-praharanah
sarve yuddha-visaradah

Dan masih banyak lagi para pahlawan terlatih yang tangguh dalam peperangan, yang diperlengkapi dengan segala macam persenjataan dan siap mempertaruhkan nyawa mereka demi kepentinganku


1-10
aparyaptam tad asmakam
balam bhismabhiraksitam
paryaptam tv idam etesam
balam bhimabhiraksitam

Kekuatan pasukan kita yang dipimpin oleh Bhisma, secara sempurna tak terbatas jumlahnya; sementara pasukan mereka yang dipimpin oleh Bhima, terbatas jumlahnya.


1-11
ayanesu ca sarveshu
yatha-bhagam avasthitah
bhismam evabhirakshantu
bhavantah sarva eva hi

Oleh karena itu, semuanya menempati posisimu masing-masing dalam divisimu dan hanya melindungi Bhisma saja, dengan segala cara


1-12
tasya sanjanayan harsam
kuru-vrddhah pitamahah
simha-nadam vinadyoccaih
sankham dadhmau pratapavan

Untuk membangkitkan semangat (Duryodhana), kakek Bhisma yang agung sebagai sesepuh wangsa Kuru, sekarang meniup terompet kerangnya dengan sangat kerasnya, bagaikan raungan seekor singa


1-13
tatah sankhas ca bheryas ca
panavanaka-gomukhah
sahasaivabhyahanyanta
sa shabdas tumulo ’bhavat

Kemudian dengan serempak secara tiba-tiba dibunyikan terompet-terompet kerang, genderang, tambur dan terompet-terompet tanduk; yang suaranya gegap gempita membahana


1-14
tatah svetair hayair yukte
mahati syandane sthitau
madhavah pandavas caiva
divyau sankhau pradadhmatuh

Manakala Krsna dan Arjuna berdiri di atas kereta indah yang ditarik oleh kuda-kuda berwarna putih, mereka juga mulai meniup terompet-terompet kadewatan mereka masing-masing


1-15
pancajanyam hrsikeso
devadattam dhananjayah
paundram dadhmau maha-sankham
bhima-karma vrkodarah

Hrsikesa (Krsna) meniup terompet Pancajanya-Nya, Arjuna meniup terompet Devadatta-nya; sedangkan Vrkodara (Bhima) yang biasa melaksanakan tugas-tugas berat, meniup terompet kerangnya yang hebat, yang bernama Paundra


1-16, 1-17 & 1-18
anantavijayam raja
kunti-putro yudhisthirah
nakulah sahadevas ca
sughosa-manipuspakau
kasyas ca paramesv-asah
sikhandi ca maha-rathah
dhrishtadyumno viratas ca
satyakis caparajitah
drupado draupadeyas ca
sarvasah prithivi-pate
saubhadras ca maha-bahuh
sankhan dadhmuh prithak prithak

Putra Kunti, raja Yudhistira, meniup terompet kerangnya yang bernama Anantavijaya; Nakula dan Sahadeva, masing-masing meniup terompet kerangnya yang bernama Sughosa dan Manipuspaka
Dan pemanah perkasa raja dari negeri Kasi, ksatria kereta perang Sikhandi, Dhrstadyumna, Virata dan Satyaki yang sulit dikalahkan itu.
Wahai penguasa bhumi (Dhrtarastra); Drupada dan putra-putra Draupadi serta putra Subhadra (Abhimanyu) yang berlengan perkasa, semuanya juga meniup terompet kerangnya masing-masing


1-19
sa ghoso dhartarastranam
hridayani vyadarayat
nabhas ca prithivim caiva
tumulo ’bhyanunadayan

Memenuhi angkasa dan bumi dengan gema yang gegap gempita, menggetarkan hati para putra Dhrtarastra


1.20
atha vyavasthitan drishtva
dhartarastran kapi-dhvajah
pravrtte shastra-sampate
dhanur udyamya pandavah
hrishikesham tada vakyam
idam aha mahi-pate

Kemudian Arjuna yang berdiri di kereta perangnya yang berlambangkan kera (Hanoman) memandang barisan putra-putra Dhrtarastra yang siap dengan senjata-senjatanya, lalu mulai mengangkat busur panahnya


1-21 & 1-22
arjuna uvaca
senayor ubhayor madhye
ratham sthapaya me ’cyuta
yavad etan nirikse ’ham
yoddhu-kaman avasthitan
kair maya saha yoddhavyam
asmin rana-samudyame

Dan wahai Sang Penguasa bhumi (Dhrtarastra), ia kemudian berkata kepada Hrsikesa (Krsna). Arjuna berkata: Arahkan dan tempatkan keretaku ini di tengah-tengah antara kedua pasukan (yang saling berhadapan) ini, wahai Acyuta (Krsna)
Supaya aku dapat mengetahui mereka yang siap dan bernafsu sekali untuk berperang; yang harus aku hadapi dalam pertempuran yang akan segera terjadi ini


1-23
yotsyamanan avekse ’ham
ya ete ’tra samagatah
dhartarastrasya durbuddher
yuddhe priya-cikirsavah

Dan aku ingin sekali melihat sendiri mereka yang berkumpul di sini, yang siap bertempur dan bernafsu sekali untuk mendapatkan apa-apa yang sangat disukai oleh putra Dhrtarastra yang berbudi jahat itu dalam peperangan ini.


1-24
sanjaya uvaca
evam ukto hrsikeso
gudakesena bharata
senayor ubhayor madhye
sthapayitva rathottamam

Sanjaya berkata:
Wahai Bharata (Dhrtarastra), setelah Gudakesa (Arjuna) berkata kepada Hrsikesa (Krsna), maka Sri Krsna menempatkan kereta perang yang sangat indah itu di tengah-tengah antara kedua pasukan yang saling berhadapan


1-25
bhisma-drona-pramukhatah
sarvesam ca mahi-ksitam
uvaca partha pasyaitan
samavetan kurun iti

Di hadapan Bhisma, Drona dan semua pimpinan pasukan dan bersabda “Wahai Partha (Arjuna), lihatlah seluruh warga keluarga wangsa Kuru telah berkumpul bersama-sama di sini?


1-26
tatrapasyat sthitan parthah
pitrn atha pitamahan
acaryan matulan bhratrn
putran pautran sakhims tatha
svasuran suhridas caiva
senayor ubhayor api

Kemudian di sana Partha menyaksikan berdiri dalam kedua barisan itu, para bapak, kakek, guru, paman, saudara sepupu, anak, cucu demikian pula para sekutu.


1-27
tan samiksya sa kaunteyah
sarvan bandhun avasthitan
kripaya parayavisto
visidann idam abravit

Dan juga para mertua dan teman sejawat pada kedua pasukan tersebut. Dan ketika putra Kunti (Arjuna) menyaksikan seluruh sanak keluarganya berdiri berbaris di sana. Ia diliputi dengan perasaan kasihan dan duka cita yang mendalam, sambil mengucapkan kata-kata ini:


1-28
arjuna uvaca
drstvemam sva-janam krishna
yuyutsum samupasthitam
sidanti mama gatrani
mukham ca parisusyati

Arjuna berkata:
Bila aku menyaksikan orang-orangku sendiri yang berbaris dan bernafsu sekali untuk bertempur, wahai Krsna, anggota badanku terasa lemas, mulutku terasa kering.


1-29
vepathus ca sarire me
roma-harsas ca jayate
gandivam sramsate hastat
tvak caiva paridahyate

Sekujur tubuhku gemetaran dan bulu romaku merinding. (Busur) Gandiva terlepas dari tanganku dan kulitku terasa terbakar seluruhnya.


1-30
na ca saknomy avasthatum
bhramativa ca me manah
nimittani ca pasyami
viparitani keshava

Aku tak mampu untuk berdiri tegak dan pikiranku kacau. Dan aku melihat tanda-tanda buruk, wahai Kesava (Krsna), di mana aku tidak melihat kebaikan sama sekali dengan membunuh sanak keluarga sendiri dalam pertempuran ini.


1-31
na ca sreyo ’nupasyami
hatva sva-janam ahave
na kankse vijayam krishna
na ca rajyam sukhani ca

Aku tidak menginginkan kemenangan lagi, wahai Krsna, ataupun kerajaan maupun kesenangan; wahai Govinda (Krsna), apa gunanya lagi kerajaan ini bagi kita, demikian pula kenikmatan dan kehidupan ini sendiri.


1-32, 1-33, 1-34, & 1-35
kim no rajyena govinda
kim bhogair jivitena va
yesham arthe kanksitam no
rajyam bhogah sukhani ca
ta ime ’vasthita yuddhe
pranams tyaktva dhanani ca
acaryah pitarah putras
tathaiva ca pitamahah
matulah svasurah pautrah
syalah sambandhinas tatha
etan na hantum icchami
ghnato ’pi madhusudana
api trailokya-rajyasya
hetoh kim nu mahi-krte
nihatya dhartarastran nah
ka pritih syaj janardana

Demi untuk siapakah kita serta mereka yang berdiri di sini berperang dengan mengorbankan nyawa dan harta benda, menginginkan kerajaan, kenikmatan dan kesenangan ini? Para guru, ayah, putra-putra dan juga para kakek, paman, mertua, cucu, ipar dan kaum kerabat (lainnya). Wahai Madhusudana (Krsna), aku tak ingin membunuh mereka, walaupun mereka membunuhku; kendatipun akan memerintah di ketiga dunia ini, apalagi hanya untuk dunia ini saja? Kesenangan apakah yang akan kita peroleh setelah membunuh putra-putra Dhrtarastra ini, wahai Janardana (Krsna)? Yang pasti hanyalah dosa bagi kita bila membunuh si durjana ini.


1-36
papam evasrayed asman
hatvaitan atatayinah
tasman narha vayam hantum
dhartarastran sa-bandhavan
sva-janam hi katham hatva
sukhinah syama madhava

Karena itu, tidak patut kita membunuh kaum kerabat kita sendiri, putra-putra Dhrtarastra itu. Sesungguhnya, bagaimana mungkin kita dapat bahagia, wahai Madhava (Krsna), apabila kita membunuh keluarga sendiri?


1-37 &-38
yady apy ete na pasyanti
lobhopahata-cetasah
kula-ksaya-kritam dosam
mitra-drohe ca patakam
katham na jneyam asmabhih
papad asman nivartitum
kula-ksaya-kritam dosam
prapasyadbhir janardana

Walaupun bagi mereka yang pikirannya dikuasai oleh ketamakan, tidak melihat kesalahan dalam pemusnahan keluarga dan tidak merasa berbuat jahat dalam membasmi kawan. Mengapa kita tidak memiliki kebijaksanaan untuk berpaling dari dosa semacam ini, wahai Janardana (Krsna); kita yang melihat kesalahan dalam memusnahkan sanak keluarga ini?


1-39
kula-ksaye pranasyanti
kula-dharmah sanatanah
dharme naste kulam krtsnam
adharmo ’bhibhavaty uta

Dalam hancurnya keluarga, hukum-hukum tradisinya juga musnah; dan apabila hukum-hukum itu lenyap, maka keseluruhan keluarga juga akan berakibat menjadi tanpa dasar hukum


1-40
adharmabhibhavat krishna
pradusyanti kula-striyah
strisu dustasu varsneya
jayate varna-sankarah

Dan apabila tirani merajalela, wahai Varsneya (Krsna), para kaum wanita dari keluarga akan menjadi ternoda dan bila para wanita telah ternoda, tatanan warna asrama menjadi kacau tidak karuan


1-41
sankaro narakayaiva
kula-ghnanam kulasya ca
patanti pitaro hy esam
lupta-pindodaka-kriyah

Kekacauan moral ini akan membawa keluarga itu sendiri ke dalam neraka, demikian pula para pembunuhnya. Karenanya, roh-roh para leluhur akan jatuh karena ketiadaan persembahan nasi dan air bagi mereka


1-42
dosair etaih kula-ghnanam
varna-sankara-karakaih
utsadyante jati-dharmah
kula-dharmas ca sasvatah

Oleh perbuatan keliru yang dilakukan para penghancur keluarga tersebut dan yang mengacaukan keberadaan varna asrama, hukum-hukum kasta yang sudah lama berlalu dan juga keluarga itupun akan hancur


1-43
utsanna-kula-dharmanam
manushyanam janardana
narake niyatam vaso
bhavatity anususruma

Dan kita semua telah mendengar, wahai Janardana (Krsna) bahwa orang-orang dari keluarga-keluarga yang hukum-hukum tradisinya termusnahkan, pasti akan dicampakkan di neraka


1-44
aho bata mahat papam
kartum vyavasita vayam
yad rajya-sukha-lobhena
hantum sva-janam udyatah

Aduh, betapa besar dosa yang kita tanggung dalam usaha kita membunuh orang-orang (keluarga) kita sendiri, akibat dari perasaan tamak akan kenikmatan memiliki kerajaan


1-45
yadi mam apratikaram
ashastram shastra-panayah
dhartarastra rane hanyus
tan me kshemataram bhavet

Jauh lebih baik bagiku, apabila putra-putra Dhrtarastra dengan senjata di tangan membunuhku dalam pertempuran, sementara aku tetap tak melawan dan tanpa senjata


1-46
sanjaya uvaca
evam uktvarjunah sankhye
rathopastha upavisat
visrjya sa-saram capam
soka-samvigna-manasah

Sanjaya berkata:
Setelah berkata demikian, di medan pertempuran itu, Arjuna duduk terhenyak di keretanya, membuang busur dan anak-anak panahnya, dengan semangat yang diliputi oleh kedukaan

Dalam Upanisad dari Bhagavadgita, ilmu pengetahuan Yang Mutlak, sastra Yoga dan percakapan antara Sri Krsna dan Arjuna, ini merupakan bab pertama yang berjudul ‘Keragu-raguan Arjuna’.

Tidak ada komentar: