Selasa, 28 Februari 2017

Kitab Bhagavad Gita Bab 6

Bab VI

Dhyana Yogah

6-1
sri-bhagavan uvaca
anasritah karma-phalam
karyam karma karoti yah
sa sannyasi ca yogi ca
na niragnir na cakriyah

Sri Bhagavan bersabda:
Ia yang melakukan kegiatan kerja tanpa mengharapkan hasil dari kegiatan,
adalah seorang samnyasin dan juga seorang yogin,
bukan mereka yang tidak menyalakan api suci dan melakukan upacara ritual.

6-2
yam sannyasam iti prahur
yogam tam viddhi pandava
na hy asannyasta-sankalpo
yogi bhavati kascana

Apa yang mereka sebut penyangkalan,
adalah yang mengetahui kegiatan disiplin, wahai Pandawa (Arjuna),
karena tak seorangpun dapat menjadi seorang yogin sebelum mereka melepaskan tujuan pamrihnya.

6-3
aruruksor muner yogam
karma karanam ucyate
yogarudhasya tasyaiva
samah karanam ucyate

Kegiatan kerja dikatakan sebagai cara orang bijaksana yang menginginkan mencapai yoga; bila ia telah mencapai yoga,
ketenanganlah yang dikatakan sebagai alatnya.

6-4
yada hi nendriyarthesu
na karmasv anusajjate
sarva-sankalpa-sannyasi
yogarudhas tadocyate

Bila seseorang tidak lagi terikat pada obyek indra-indra atau kegiatan kerja dan telah melepaskan segala keinginan,
maka ia dikatakan telah mencapai yoga.

6-5
uddhared atmanatmanam
natmanam avasadayet
atmaiva hy atmano bandhur
atmaiva ripur atmanah

Biarlah seseorang mengangkat dirinya oleh dirinya sendiri,
jangan biarkan dia merendahkan dirinya, karena hanya sang Diri lah satu-satunya kawan dan dirinya dan sang Diri pulalah satu-satunya sebagai musuhnya.

6-6
bandhur atmatmanas tasya
yenatmaivatmana jitah
anatmanas tu satrutve
vartetatmaiva satru-vat

Bagi mereka yang telah menundukkan sang diri (yang lebih rendah) dengan sang Diri (yang lebih tinggi),
sang Diri itu akan menjadi teman,
tetapi bagi mereka yang belum mampu menaklukkannya,
sang Diri ini akan bertindak sebagai seorang musuh dengan rasa permusuhan.

6-7
jitatmanah prashantasya
paramatma samahitah
sitosna-sukha-duhkhesu
tatha manapamanayoh

Apabila seseorang telah dapat menaklukkan sang diri (yang lebih rendah) dan telah mencapai ketenangan dalam penguasaan diri, sang Diri Tertinggi senantiasa berada dalam konsentrasi kedamaian dalam panas dan dingin,
dalam senang dan susah,
dalam pujian dan hinaan.

6-8
jnana-vijnana-trptatma
kuta-stho vijitendriyah
yukta ity ucyate yogi
sama-lostrasma-kancanah

Yoga yang jiwanya terpuaskan dengan kebijaksanaan dan pengetahuan,
yang tak berubah serta penguasa dari indra-indranya,
yang memandang segumpal tanah,
sebongkah batu dan sekeping emas sebagai sama,
dikatakan sebagai terkendalikan dalam yoga.

6-9
suhrn-mitrary-udasina-
madhyastha-dvesya-bandhusu
sadhusv api ca papesu
sama-buddhir visisyate

Ia yang berpikiran seimbang di antara kawan, rekan dan musuh,
antara mereka yang netral dan menengah,
di antara yang dibenci dan kerabat,
di antara para orang suci dan para pendosa, adalah yang utama.

6-10
yogi yunjita satatam
atmanam rahasi sthitah
ekaki yata-cittatma
nirasir aparigrahah

Biarlah sang yogi berusaha secara konstan untuk mengkonsentrasikan pikirannya (pada Diri Tertinggi),
dengan tetap dalam kesendirian terpencil, dengan diri terkendali,
bebas dari keinginan dan kerinduan akan kekayaan.

6-11 & 6-12
sucau dese pratishthapya
sthiram asanam atmanah
naty-ucchritam nati-nicam
cailajina-kusottaram

tatraikagram manah kritva
yata-cittendriya-kriyah
upavisyasane yunjyad
yogam atma-vishuddhaye

Setelah mempersiapkan tempat duduk yang bersih,
yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah, yang ditutupi dengan hamparan rumput suci, kulit rusa dan sepotong kain di atas yang lainnya.
Di sana,
dengan menempati tempat duduknya, membuat pikirannya menyatu dan mengendalikan pemikiran serta indra-indranya, biarlah dia melaksanakan yoga guna pemurnian jiwanya.

6-13 & 6-14
samam kaya-siro-grivam
dharayann acalam sthirah
sampreksya nasikagram svam
disas canavalokayan

prashantatma vigata-bhir
brahmacari-vrate sthitah
manah samyamya mac-citto
yukta asita mat-parah

Dengan menjaga badan,
leher dan kepala tetap tegak dan diam,
dengan memandang ujung hidungnya tanpa memandang berkeliling (tanpa membiarkan matanya melihat kemana-mana).
Tenteram dan tanpa ketakutan,
mantap dalam wrata selibat (pembujangan), dengan menundukkan pikiran,
biarlah dia duduk dengan menyelaraskan pikirannya yang ditujukan pada-Ku dan hanya tertuju pada-Ku saja.

6-15
yunjann evam sadatmanam
yogi niyata-manasah
shantim nirvana-paramam
mat-samstham adhigacchati

Yogi yang senantiasa mampu menundukkan pikirannya,
dan menjaga dirinya tetap selaras,
mencapai kedamaian sebagai nirwana tertinggi,
yang berada dalam diri-Ku

6-16
naty-asnatas ’tu yogo ’sti
na caikantam anasnatah
na cati-svapna-silasya
jagrato naiva carjuna

Sesungguhnya,
yoga bukanlah bagi mereka yang makan terlalu banyak atau sama sekali tidak makan.
Wahai Arujuna,
itupun bukan bagi mereka yang terlalu banyak tidur ataupun terlalu banyak terjaga.

6-17
yuktahara-viharasya
yukta-cestasya karmasu
yukta-svapnavabodhasya
yogo bhavati duhkha-ha

Bagi orang yang teratur dalam makanan dan rekreasi,
yang terkendali dalam kegiatan kerjanya,
yang tidur dan jaganya teratur,
secara pasti yoga (disiplin) ini akan memusnahkan kesedihannya.

6-18
yada viniyatam cittam
atmany evavatisthate
nisprhah sarva-kamebhyo
yukta ity ucyate tada

Bila pikiran yang terdisiplinkan itu dimantapkan pada sang Diri saja,
serta dibebaskan dari segala keinginan,
maka ia dikatakan telah diselaraskan dalam yoga.

6-19
yatha dipo nivata-stho
nengate sopama smrta
yogino yata-cittasya
yunjato yogam atmanah

Bagaikan lampu pada tempat yang tanpa angin yang nyalanya tak tergoyahkan seperti itulah pikiran sang yogi yang tertundukkan dalam melaksanakan penyatuan dengan sang Diri.

6-20, 6-21, 6-22, & 6-23
yatroparamate cittam
niruddham yoga-sevaya
yatra caivatmanatmanam
pasyann atmani tusyati

sukham atyantikam yat tad
buddhi-grahyam atindriyam
vetti yatra na caivayam
sthitas calati tattvatah

yam labdhva caparam labham
manyate nadhikam tatah
yasmin sthito na duhkhena
gurunapi vicalyate

tam vidyad duhkha-samyoga-
viyogam yoga-samjnitam

Bahwa,
ketika pemikiran berada dalam ketentraman, terkendalikan oleh pelaksanaan konsentrasi, yang memandang sang Diri melalui sang Diri dan bergembira dalam sang Diri.
Bahwa,
ia akan menemukan kegembiraan tertinggi, yang dirasakan oleh kecerdasan dan di luar pencapaian indra-indra;
di sana ia dimantapkan dan tak lagi terjatuh dari kebenaran.
Bahwa,
dalam pencapaiannya ia berpikir tak ada perolehan yang lebih besar dari pada itu,
yang kemantapannya tak tergoyahkan walaupun oleh kesedihan yang terberat sekalipun.
Ketahuilah bahwa itu dinamakan yoga, ketiadaan hubungan penyatuan dengan penderitaan.
Yoga ini hendaknya dilaksanakan dengan penuh keyakinan dan keteguhan hati.

6-24
sa niscayena yoktavyo
yogo ’nirvinna-cetasa
sankalpa-prabhavan kamams
tyaktva sarvan asesatah
manasaivendriya-gramam
viniyamya samantatah

Dengan melepaskan segala keinginan tanpa perkecualian,
yang berasal dari kehendak akan pamrih, dengan pengendalian segala indra pada segala sisi dengan pikiran.

6-25
sanaih sanair uparamed
buddhya dhrti-grhitaya
atma-samstham manah kritva
na kincid api cintayet

Biarkanlah dia lambat laun menjadi tenang dengan penalaran yang dikendalikan oleh kemantapan dan setelah mengkonsentrasikan pikiran pada sang Diri,
jangan biarkan dia berpikir pada yang lainnya lagi.

6-26
yato yato niscalati
manas cancalam asthiram
tatas tato niyamyaitad
atmany eva vasam nayet

Apapun yang membuat pikiran tidak mantap dan goyah terombang ambing,
biarlah ia tertahan dan dikembalikan lagi dalam pengendalian sang Diri saja.

6-27
prashanta-manasam hy enam
yoginam sukham uttamam
upaiti santa-rajasam
brahma-bhutam akalmasam

Karena,
kebahagiaan tertinggi sampai pada para yogi yang pikirannya penuh kedamaian,
yang nafsu-nafsunya telah mengendap,
yang tanpa noda dan menjadi satu dengan Brahman.

6-28
yunjann evam sadatmanam
yogi vigata-kalmasah
sukhena brahma-samsparsham
atyantam sukham asnute

Jadi,
dengan membuat sang diri senantiasa selaras, sang yogi yang telah terlepas dari dosa dengan mudah mengalami kebahagiaan tak terbatas dari hubungannya dengan Yang Abadi.

6-29
sarva-bhuta-stham atmanam
sarva-bhutani catmani
iksate yoga-yuktatma
sarvatra sama-darshanah

Ia yang sang dirinya diselaraskan oleh yoga melihat sang Diri yang bersemayam dalam semua makhluk dan semua makhluk dalam sang Diri,
di mana-mana ia melihat hal yang sama.

6-30
yo mam pasyati sarvatra
sarvam ca mayi pasyati
tasyaham na pranasyami
sa ca me na pranasyati

Ia yang melihat Aku dimana-mana dan melihat semua di dalam-Ku;
Aku tidak pernah hilang dari mereka ataupun mereka hilang dari-Ku

6-31
sarva-bhuta-sthitam yo mam
bhajaty ekatvam asthitah
sarvatha vartamano ’pi
sa yogi mayi vartate

Sang Yogi yang teguh dalam kesatuan,
memuja Aku yang bersemayam dalam semua makhluk; bagaimanapun aktifnya dia berada di dalam-Ku.

6-32
atmaupamyena sarvatra
samam pasyati yo ’rjuna
sukham va yadi va duhkham
sa yogi paramo matah

Ia yang melihat segala sesuatunya dalam gambarannya sendiri,
wahai Arjuna,
apakah dalam kesenangan ataupun dalam kesengsaraan,
ia dianggap sebagai seorang yogi yang sempurna.

6-33
arjuna uvaca
yo ’yam yogas tvaya proktah
samyena madhusudana
etasyaham na pasyami
cancalatvat sthitim sthiram

Arjuna bertanya:
Yoga yang Engkau nyatakan ini sebagai sifat dari keseimbangan (ketenangan pikiran),
wahai Madhusudana (Krsna),
namun aku tidak melihat dasar yang mantap, karena ketidaktenangan pikiran.

6-34
cancalam hi manah krishna
pramathi balavad drdham
tasyaham nigraham manye
vayor iva su-duskaram

Sebab,
pikiran itu sungguh-sungguh gampang berubah,
wahai Krsna,
ia sangat liar,
kuat dan keras kepala.
Aku pikir pengendaliannya sama sulitnya dengan mengendalikan angin.

6-35
sri-bhagavan uvaca
asamsayam maha-baho
mano durnigraham calam
abhyasena tu kaunteya
vairagyena ca grhyate

Sri Bhagavan bersabda:
Tanpa keraguan lagi,
wahai Mahabahu (Arjuna),
pikiran memang sulit untuk dikendalikan dan selalu bergoyang,
tetapi ia dapat dikendalikan,
wahai putra Kunti (Arjuna),
dengan pelaksanaan yang konstan dan ketidakterikatan.

6-36
asamyatatmana yogo
dusprapa iti me matih
vasyatmana tu yatata
sakyo ’vaptum upayatah

Aku juga setuju bahwa yoga itu sulit untuk dicapai oleh mereka yang tidak mengendalikan dirinya;
tetapi pengendalian diri itu dapat dicapai dengan selalu beusaha melalui cara yang benar.

6-37
arjuna uvaca
ayatih shraddhayopeto
yogac calita-manasah
aprapya yoga-samsiddhim
kam gatim krishna gacchati

Arjuna bertanya:
Ia yang tak dapat mengendalikan dirinya walaupun memiliki keyakinan dengan pikiran yang mengembara jauh dari yoga yang gagal untuk mencapai kesempurnaan dalam yoga, jalan manakah yang harus dilaluinya, wahai Krsna?

6-38
kaccin nobhaya-vibhrastas
chinnabhram iva nasyati
apratistho maha-baho
vimudho brahmanah pathi

Apakah ia tak dapat lenyap seperti tebaran awan-awan,
wahai Krsna,
yang rontok dari keduanya tanpa pegangan apapun dan kebingunan di jalan menuju Yang Abadi?

6-39
etan me samsayam krishna
chettum arhasy asesatah
tvad-anyah samsayasyasya
chetta na hy upapadyate

Engkau harus melenyapkan keragu-raguan ini sepenuhnya,
wahai Krsna,
karena tak seorangpun selain daripada-Mu yang mampu melenyapkan kebingunan ini.

6-40
sri-bhagavan uvaca
partha naiveha namutra
vinasas tasya vidyate
na hi kalyana-krt kascid
durgatim tata gacchati

Sri Bhagavan bersabda
Wahai Partha (Arjuna),
baik dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan nantinya tak ada kebinasaan baginya;
karena tak pernah seseorang yang menapak jalan kebajikan,
wahai kawan,
akan menapak jalan kesusahan

6-41
prapya punya-kritam lokan
usitva sasvatih samah
sucinam srimatam gehe
yoga-bhrasto ’bhijayate

Setelah mencapai dunia kebajikan dan berdiam di sana selama waktu yang sangat lama,
orang yang gagal dalam melaksanakan yoga kembali lahir pada keluarga yang murni dan makmur.

6-42
atha va yoginam eva
kule bhavati dhimatam
etad dhi durlabhataram
loke janma yad idrsam

Atau,
ia mungkin lahir pada keluarga para yogi yang diberkahi kebijaksanaan.
Karena kelahiran semacam itu lebih sukar diperoleh di dunia ini.

6-43
tatra tam buddhi-samyogam
labhate paurva-dehikam
yatate ca tato bhuyah
samsiddhau kuru-nandana

Di sana ia mendapatkan kembali kesan-kesan mental yang telah dikembangkan dalam kehidupannya terdahulu;
dan dengan itu sebagai titik awalnya ia berusaha keras lagi untuk mencapai kesempurnaan,
wahai Kurunandana (Arjuna)

6-44
purvabhyasena tenaiva
hriyate hy avaso ’pi sah
jijnasur api yogasya
shabda-brahmativartate

Dengan pengalaman terdahulu,
ia dipaksa untuk meneruskannya.
Bahkan para pencari pengetahuan yoga saja akan melampaui aturan kitab Veda

6-45
prayatnad yatamanas tu
yogi samshuddha-kilbisah
aneka-janma-samsiddhas
tato yati param gatim

Tetapi,
para yogi yang berusaha dengan sekuat tenaga,
dengan membersihkan segala dosa, menyempurnakan dirinya melalui banyak kehidupan,
kemudian mencapai tujuan tertinggi.

6-46
tapasvibhyo ’dhiko yogi
jnanibhyo ’pi mato ’dhikah
karmibhyas cadhiko yogi
tasmad yogi bhavarjuna

Para yogin lebih mulia dari pada para pertapa; ia dianggap lebih mulia dari pada orang berpengetahuan,
lebih mulia dari pada orang yang melaksanakan upacara ritual,
sehingga untuk itu,
jadilah seoran yogi,
wahai Arjuna.

6-47
yoginam api sarvesam
mad-gatenantar-atmana
shraddhavan bhajate yo mam
sa me yuktatamo matah

Dan dari semua yogin,
ia yang penuh keyakinan memuja Aku,
dengan sang diri batin yang bersemayam dalam diri-Ku,
dia ku anggap sebagai yang paling sesuai bagi-Ku dalam Yoga.

Di sini berakhir bab VI, percakapan yang berjudul DHYANA YOGA

Senin, 27 Februari 2017

Kitab Bhagavad Gita Bab 5

BAB V

Karma Samnyasa Yoga

5-1
arjuna uvaca
sannyasam karmanam krishna
punar yogam ca samsasi
yac chreya etayor ekam
tan me bruhi su-niscitam

Arjuna bertanya:
Wahai Krsna, Engkau memuji penyangkalan kegiatan kerja dan juga pelaksanaan kegiatan kerja tanpa pamrih.
Katakanlah kepadaku dengan pasti, yang manakah yang lebih baik di antara keduanya ini?

5-2
sri-bhagavan uvaca
sannyasah karma-yogas ca
nihsreyasa-karav ubhau
tayos tu karma-sannyasat
karma-yogo visisyate

Sri Bhagavan bersabda:
Penyangkalan dari kegiatan kerja dan pelaksanaannya yang tanpa pamrih keduanya mengantarkan pada pembebasan roh.
Tetapi dari keduanya itu, yang lebih baik adalah pelaksanaan kegiatan kerja tanpa pamrih

5-3
jneyah sa nitya-sannyasi
yo na dvesti na kanksati
nirdvandvo hi maha-baho
sukham bandhat pramucyate

Ia yang tidak membenci ataupun berkeinginan, dikenal sebagai orang yang senantiasa dalam semangat penyangkalan; karena terbebas dari dualitas dia dengan mudah terbebaskan, wahai Mahabahu (Arjuna)

5-4
sankhya-yogau prithag balah
pravadanti na panditah
ekam apy asthitah samyag
ubhayor vindate phalam

Orang-orang bodoh yang mengatakan tentang penyangkalan dan pelaksanaan kegiatan kerja sebagai berbeda, bukanlah orang bijaksana.
Ia yang mempersiapkan dirinya baik-baik terhadap salah satu dari padanya akan memetik hasil dari keduanya

5-5
yat sankhyaih prapyate sthanam
tad yogair api gamyate
ekam sankhyam ca yogam ca
yah pasyati sa pasyati

Kedudukan yang dicapai oleh orang dengan penyangkalan kerja juga dicapai oleh orang dengan kegiatan kerja.
Ia yang melihat kedua jalan tersebut sebagai satu, ia lah sesungguhnya yang telah melihat.

5-6
sannyasas tu maha-baho
duhkham aptum ayogatah
yoga-yukto munir brahma
na cirenadhigacchati

Tetapi, penyangkalan kerja sulit dicapai tanpa yoga, wahai Mahabahu (Arjuna), orang bijak yang bersemangat dalam melakukan yoga, dengan segera mencapai Yang Mutlak (Tuhan)

5-7
yoga-yukto vishuddhatma
vijitatma jitendriyah
sarva-bhutatma-bhutatma
kurvann api na lipyate

Orang yang terlatih dalam jalan kegiatan dan hatinya murni, yang menguasai dirinya dan yang telah menaklukkan indra-indranya, yang jiwanya menjadi sang diri semua makhluk, tak akan tercemari oleh kegiatan kerja, walaupun ia bekerja.

5-8 & 9
naiva kincit karomiti
yukto manyeta tattva-vit
pasyan shrinvan sprsan jighrann
asnan gacchan svapan svasan

pralapan visrjan grhnann
unmisan nimisann api
indriyanindriyarthesu
vartanta iti dharayan

Orang yang disatukan dengan Yang Ilahi dan mengetahui kebenaran akan berpikir “Aku sama sekali tidak berbuat apapun” walaupun sedang melihat, mendengar, menyentuh, membaui, mengecap, berjalan, tidur maupun bernafas

Dalam berbicara, melepaskan, meraih, membuka dan menutup mata ia hanya menganggap bahwa hanya indra-indra sajalah yang bergerak di antara obyek indra-indra.

5-10
brahmany adhaya karmani
sangam tyaktva karoti yah
lipyate na sa papena
padma-patram ivambhasa

Ia yang bekerja setelah melepaskan keterikatan serta mempersembahkan kegiatan kerjanya kepada Tuhan, tak akan tersentuh oleh dosa, bagaikan daun teratai, yang tak terbasahi oleh air.

5-11
kayena manasa buddhya
kevalair indriyair api
yoginah karma kurvanti
sangam tyaktvatma-shuddhaye

Para yogi yang melaksanakan kegiatan kerja hanya dengan badan jasmani, pikiran, pengertian atau hanya dengan indra-indra, melepaskan keterikatan, demi untuk pemurnian jiwanya.

5-12
yuktah karma-phalam tyaktva
shantim apnoti naisthikim
ayuktah kama-karena
phale sakto nibadhyate

Seorang pengabdi mencapai kedamaian dengan melepaskan keterikatan pada hasil kegiatan kerja, tetapi mereka yang tidak menyatukan jiwanya dengan yang Ilahi, didorong oleh keinginan-keinginan dan terikat dengan hasil kegiatan kerja sehingga mereka terbelenggu.

5-13
sarva-karmani manasa
sannyasyaste sukham vasi
nava-dvare pure dehi
naiva kurvan na karayan

Jiwa yang telah mengendalikan sifat-sifatnya dan melepaskan segala kegiatan kerja dengan pikiran yang mengarah ke dalam, bersemayam dengan tenang dalam kota dengan sembilan gerbang, tanpa bekerja maupun menyebabkannya bekerja.

5-14
na kartrtvam na karmani
lokasya srjati prabhuh
na karma-phala-samyogam
svabhavas tu pravartate

Sang Diri sebagai penguasa tidak menciptakan pelaku bagi orang-orang maupun berbuat.
Dia juga tidak mengkaitkan kegiatan kerja dengan hasilnya.
Sifatnya kegiatan kerja itu sendirilah terjadi.

5-15
nadatte kasyacit papam
na caiva sukritam vibhuh
ajnanenavrtam jnanam
tena muhyanti jantavah

Roh Yang meliputi segalanya ini tidak menerima dosa maupun kebajikan siapapun. Kebijaksanaan tertutupi oleh ketidaktahuan, sehingga makhluk-makhluk terbingungkan olehnya.

5-16
jnanena tu tad ajnanam
yesham nasitam atmanah
tesham aditya-vaj jnanam
prakasayati tat param

Tetapi bagi mereka yang ketidaktahuannya telah dimusnahkan oleh kebijaksanaan, kebijaksanaan itu akan memperlihatkan Diri Tertinggi seperti matahari.

5-17
tad-buddhayas tad-atmanas
tan-nisthas tat-parayanah
gacchanty apunar-avrttim
jnana-nirdhuta-kalmasah

Dengan memikirkan-Nya, mengarahkan segenap kesadaran kepada-Nya, menjadikan-Nya sebagai tujuan utama, menjadikan-Nya sebagai satu-satunya obyek pemujaannya, mereka mencapai keadaan tanpa jalan kembali dan dosa-dosanya akan terhapus oleh kebijaksanaan itu.

5-18
vidya-vinaya-sampanne
brahmane gavi hastini
suni caiva sva-pake ca
panditah sama-darsinah

Orang bijak melihat dengan pandangan yang sama, baik seorang Brahmana terpelajar dan rendah hati, seekor sapi, seekor gajah, atau bahkan seekor anjing atau seorang yang berkelahiran hina.

5-19
ihaiva tair jitah sargo
yesham samye sthitam manah
nirdosam hi samam brahma
tasmad brahmani te sthitah

Bahkan di bumi sebagai ciptaan ini diatasi oleh mereka yang pikirannya mantap dalam keseimbangan; karena Tuhan Maha Sempurna dan bertindak sama terhadap semuanya. Oleh karena itu, orang semacam ini senantiasa mantap pada Tuhan.

5-20
na prahrsyet priyam prapya
nodvijet prapya capriyam
sthira-buddhir asammudho
brahma-vid brahmani sthitah

Seseorang hendaknya tidak bergembira dalam mendapatkan apa yang menyenangkan, ataupun bersedih menerima apa yang tak menyenangkan.
Ia yang pemahamannya mantap dan tak terbingungkan, yang mengetahui Tuhan seperti itu tetap teguh dalam Tuhan

5-21
bahya-sparsesv asaktatma
vindaty atmani yat sukham
sa brahma-yoga-yuktatma
sukham akshayam asnute

Bila jiwanya tak lagi terikat dengan hubungan (obyek) eksternal, seseorang akan menermukan kebahagiaan yang ada dalam sang Diri.
Orang semacam itu, yang dirinya terkendali dalam Yoga pada Tuhan (Brahman) akan menikmati kebahagiaan abadi.

5-22

ye hi samsparsha-ja bhoga
duhkha-yonaya eva te
ady-antavantah kaunteya
na tesu ramate budhah

Kesenangan apapun yang berasal dari hubungan dengan obyek-obyek, hanya merupakan sumber kesedihan, karena ia memiliki awal dan akhir, wahai putra Kunti (Arjuna).
Tak seorang bijaksanapun yang tertarik dengannya.

5-23
saknotihaiva yah sodhum
prak sarira-vimokshanat
kama-krodhodbhavam vegam
sa yuktah sa sukhi narah

Ia yang mampu menahan nafsu keinginan dan kemarahan; bahkan disini ( di bumi ini) sebelum ia menanggalkan badan jasmaninya, ia adalah seorang yogi, orang yang berbahagia.

5-24
yo ’ntah-sukho ’ntar-aramas
tathantar-jyotir eva yah
sa yogi brahma-nirvanam
brahma-bhuto ’dhigacchati

Ia yang menemukan kebahagiaan dalam dirinya, kegembiraan dan hanya cahaya batin dalam dirinya, maka yogin yang seperti itu menjadi bersifat Ilahi dan mencapai kerajaan Tuhan (brahmanirwana).

5-25
labhante brahma-nirvanam
rsayah ksina-kalmasah
chinna-dvaidha yatatmanah
sarva-bhuta-hite ratah

Orang suci yang dosa-dosanya termusnahkan, yang keragu-raguannya terhapuskan, yang pikirannya telah didisiplinkan dan yang bergembira melakukan kebajikan pada semua makhluk, mencapai penyatuan dengan Tuhan.

5-26
kama-krodha-vimuktanam
yatinam yata-cetasam
abhito brahma-nirvanam
vartate viditatmanam

Bagi para yati yang bebas dari keinginan dan kemarahan dan telah menaklukkan pikirannya dan yang memiliki pengetahuan tentang sang Diri, dekat dirinya terdapat sikap-sikap Ilahi.

5-27 & 5-28
sparshan kritva bahir bahyams
caksus caivantare bhruvoh
pranapanau samau kritva
nasabhyantara-carinau

yatendriya-mano-buddhir
munir moksha-parayanah
vigateccha-bhaya-krodho
yah sada mukta eva sah

Dengan memutuskan semua obyek eksternal, dengan mengkonsentrasikan pandangan mata di antara kedua alis mata, bahkan dengan mengatur masuk dan keluarnya nafas lewat lubang hidung, orang-orang suci yang telah mengendalikan indra-indra, pikiran dan kecerdasannya serta berniat mendapat kelepasan, mencampakkan segala keinginan, rasa takut dan kemarahan, senantiasa berada dalam kebebasan.

5-29
bhoktaram yajna-tapasam
sarva-loka-maheshvaram
suhridam sarva-bhutanam
jnatva mam shantim rcchati

Dan setelah mengetahui Aku sebagai penikmat yajna dan tapah, sebagai Penguasa Tertinggi dari seluruh dunia, Kawan bagi semua makhluk, para bijak mencapai kedamaian tertinggi.

Di sini berakhir bab ke V, percakapan yang berujudl KARMA SAMNYASA YOGA

Minggu, 26 Februari 2017

Kitab Bhagavad Gita Bab 4

Bhagavad Gita - Bab IV

BAB IV

Jnana Yoga

4-1
sri-bhagavan uvaca
imam vivasvate yogam
proktavan aham avyayam
vivasvan manave praha
manur iksvakave ’bravit

Sri Bhagavan bersabda:
Aku telah menyampaikan yoga abadi ini kepada Wiwaswan; Wiwaswan menyampaikannya pada Manu dan Manu mengajarkannya kepada Ikswaku.

4-2
evam parampara-praptam
imam rajarsayo viduh
sa kaleneha mahata
yogo nastah parantapa

Demikianlah yoga ini diteruskan secara turun menurun dan para penasehat (pendeta) kerajaan mengetahuinya hingga lenyap dari dunia ini melalui perjalanan waktu yang panjang, wahai Paramtapa (Arjuna)

4-3
sa evayam maya te ’dya
yogah proktah puratanah
bhakto ’si me sakha ceti
rahasyam hy etad uttamam

Yoga tua yang sama ini pulalah yang kini Aku ajarkan kepadamu, sebab engkau adalah pengikut-Ku dan kawan-Ku; dan yoga ini sangatlah rahasia.

4-4
arjuna uvaca
aparam bhavato janma
param janma vivasvatah
katham etad vijaniyam
tvam adau proktavan iti

Arjuna bertanya:
Kelahiran-Mu adalah belakangan dan kelahiran Wiwaswan lebih dahulu. Bagaimana aku dapat memahami bahwa Engkau telah menyampaikannya kepadanya pada awalnya?

4-5
sri-bhagavan uvaca
bahuni me vyatitani
janmani tava carjuna
tany aham veda sarvani
na tvam vettha parantapa

Sri Bhagavan bersabda:
Banyak kehidupan yang telah Aku jalani di masa lalu, demikian juga engkau, wahai Arjuna, semuanya itu Aku mengetahuinya, tetapi engkau tidak, wahai Paramtapa (Arjuna)

4-6
ajo ’pi sann avyayatma
bhutanam isvaro ’pi san
prakritim svam adhisthaya
sambhavamy atma-mayaya

Walaupun Aku tak terlahirkan, abadi dan penguasa segala makhluk, namun dengan menundukkan Prakrti-Ku sendiri. Aku mewujudkan diri-Ku, melalui kekuatan Maya-Ku

4-7
yada yada hi dharmasya
glanir bhavati bharata
abhyutthanam adharmasya
tadatmanam srjamy aham

Manakala kebajikan (dharma) akan mengalami kemusnahan dan kebatilan (adharma) merajalela, wahai Bharata (Arjuna), maka Aku menjelmakan diri-Ku

4-8
paritranaya sadhunam
vinasaya ca duskritam
dharma-samsthapanarthaya
sambhavami yuge yuge

Demi untuk melindungi para sadhu (orang-orang suci) serta untuk memusnahkan orang-orang jahat dan demi untuk menegakkan dharma (kebajikan), Aku menjelma dari masa ke masa

4-9
janma karma ca me divyam
evam yo vetti tattvatah
tyaktva deham punar janma
naiti mam eti so ’rjuna

Ia yang mengetahui kelahiran dan kegiatan ilahi-Ku yang sejati, tak akan menjelma kembali setelah menanggalkan badan jasmaninya dan datang kepada-Ku, wahai Arjuna

4-10
vita-raga-bhaya-krodha
man-maya mam upasritah
bahavo jnana-tapasa
puta mad-bhavam agatah

Terlepas dari hawa nafsu, rasa takut dan kemarahan, terserap di dalam-Ku, berlindung pada-Ku, banyak orang yang tersucikan oleh laku tapa kebijaksanaan yang telah mencapai kondisi keberadaan-Ku

4-11
ye yatha mam prapadyante
tams tathaiva bhajamy aham
mama vartmanuvartante
manushyah partha sarvasah

Jalan apapun orang memuja-Ku, pada jalan yang sama Aku memenuhi keinginanyna, wahai Partha, karena pada semua jalan yang ditempuh mereka, semuanya adalah jalan-Ku

4-12
kanksantah karmanam siddhim
yajanta iha devatah
ksipram hi manuse loke
siddhir bhavati karma-ja

Mereka yang menginginkan hasil dari kegiatan kerjanya di bumi ini, menghaturkan upacara kurban kepada para dewa, karena hasil dari kegiatan kerja di dunia manusia ini sangat cepat datangnya.

4-13
catur-varnyam maya srstam
guna-karma-vibhagasah
tasya kartaram api mam
viddhy akartaram avyayam

Empat macam tatanan masyarakat (catur warna), Aku yang menciptakannya sesuai dengan pembagian sifat dan kegiatan kerja. Tetapi ketahuilah bahwa walaupun Aku yang menciptakannya, Aku bukanlah pelaku dan tanpa perubahan

4-14
na mam karmani limpanti
na me karma-phale sprha
iti mam yo ’bhijanati
karmabhir na sa badhyate

Kegiatan kerja tidak berakibat pada-Ku; dan juga Aku tak mengharapkan hasil dari padanya. Mereka yang mengetahui Aku demikian itu, tak terikat lagi oleh kegiatan kerja.

4-15
evam jnatva kritam karma
purvair api mumuksubhih
kuru karmaiva tasmat tvam
purvaih purvataram kritam

Jadi, dengan mengetahui bahwa kegiatan kerja juga dilakukan oleh orang-orang jaman dahulu yang mencari kelepasan, maka engkau juga hendaknya melakukan kegiatan kerja seperti yang dilakukan orang-orang jaman dahulu tersebut.

4-16
kim karma kim akarmeti
kavayo ’py atra mohitah
tat te karma pravaksyami
yaj jnatva moksyase ’subhat

Apakah kerja itu? Apakah yang tak kerja itu? Bahkan orang-orang bijak pun bingung tentang hal ini. Aku akan memberitahumu apa yang disebut kegiatan kerja dan dengan mengetahuinya engkau akan terbebas dari dosa.

4-17
karmano hy api boddhavyam
boddhavyam ca vikarmanah
akarmanas ca boddhavyam
gahana karmano gatih

Seseorang harus memahami apa yang dimaksud dengan kegiatan kerja, demikian juga kegiatan yang salah dan ia juga harus memahami arti tidak kerja. Memang sulit untuk dapat memahami makna kegiatan kerja tersebut.

4-18
karmany akarma yah pasyed
akarmani ca karma yah
sa buddhiman manusyesu
sa yuktah krtsna-karma-krt

Ia yang melihat tidak kerja dalam kegiatan kerja dan kegiatan kerja dalam tidak kerja, adalah orang bijaksana di antara kelompok manusia, seorang yogin dan pelaku semua kegiatan kerja.

4-19
yasya sarve samarambhah
kama-sankalpa-varjitah
jnanagni-dagdha-karmanam
tam ahuh panditam budhah

Ia yang melakukan kegiatan yang seluruhnya bebas dari pamrih, yang kegiatan kerjanya dibakar oleh api kebijaksanaan (jnana), oleh para bijak ia disbut sebagai orang yang terpelajar

4-20
tyaktva karma-phalasangam
nitya-trpto nirasrayah
karmany abhipravrtto ’pi
naiva kincit karoti sah

Setelah melepaskan keterikatan terhadap hasil dari kegiatan kerja, senantiasa dalam keadaan puas tanpa ketergantungan pada apapun, ia sesungguhnya tidak melakukan apa-apa walaupun senantiasa sibuk dalam kegiatan kerja.

4-21
nirasir yata-cittatma
tyakta-sarva-parigrahah
sariram kevalam karma
kurvan napnoti kilbisam

Tanpa memiliki keinginan, dengan hati dan sang diri yang sepenuhnya terkendalikan, dengan melepaskan segala miliknya, hanya melakukan kegiatan dengan badan jasmani, dia tak akan berdosa.

4-22
yadrccha-labha-santusto
dvandvatito vimatsarah
samah siddhav asiddhau ca
kritvapi na nibadhyate

Ia yang senantiasa puas dengan apapun yang ada, yang telah mengatasi dualitas (dari rasa senang dan susah), yang terbebas dari rasa iri dan dengki serta tetap tenang dalam keberhasilan maupun kegagalan, walaupun ia bekerja namun tak akan terbelenggu.

4-23
gata-sangasya muktasya
jnanavasthita-cetasah
yajnayacaratah karma
samagram praviliyate

Kegiatan kerja seseorang yang keterikatannya telah dipisahkan, yang terbebas dan pikirannya terpancang pada kebijaksanaan, yang melakukan kegiatan kerja sebagai yajna, seluruh kegiatannya akan lebur dengan sendirinya.

4-24
brahmarpanam brahma havir
brahmagnau brahmana hutam
brahmaiva tena gantavyam
brahma-karma-samadhina

Baginya, kegiatan persembahan adalah Tuhan, persembahannya sendiri adalah Tuhan. Oleh Tuhan haturan itu dipersembahkan ke dalam api Tuhan. Tuhanlah yang dicapainya, yang mewujudkan Tuhan dalam kegiatan kerjanya.

4-25
daivam evapare yajnam
yoginah paryupasate
brahmagnav apare yajnam
yajnenaivopajuhvati

Beberapa orang yogi mempersembahkan yajna kepada para dewa, sementara yang lainnya mempersembahkan yajna dengan yajna itu sendiri, ke dalam api Yang Tertinggi (Tuhan)

4-26
srotradinindriyany anye
samyamagnisu juhvati
shabdadin visayan anya
indriyagnisu juhvati

Beberapa orang mempersembahkan pendengaran dan indra-indra lainnya dalam api pengekangan; yang lainnya mempersembahkan suara dan obyek-obyek indra lainnya dalam api indra-indra

4-27
sarvanindriya-karmani
prana-karmani capare
atma-samyama-yogagnau
juhvati jnana-dipite

Beberapa orang lainnya lagi mempersembahkan seluruh kegiatan indra-indra dan kegiatan kekuatan vitalnya ke dalam api yoga pengendalian diri, yang dinyalakan oleh ilmu pengetahuan.

4-28
dravya-yajnas tapo-yajna
yoga-yajnas tathapare
svadhyaya-jnana-yajnas ca
yatayah samsita-vratah

Beberapa orang lainnya mempersembahkan harta bendanya sebagai korban, atau kegiatan tapah ataupun latihan spiritual (yoga) nya, sementara yang lainnya mempersembahkan pikiran dan beberapa orang yang bernazar (bersumpah berat) mempersembahkan studi dan ilmu pengetahuannya.

4-29
apane juhvati pranam
prane ’panam tathapare
pranapana-gati ruddhva
pranayama-parayanah
apare niyataharah
pranan pranesu juhvati

Yang lainnya lagi, yang taat melakukan pengendalian nafas, setelah melakukan penahanan nafas prang (nafas keluar) dan apana (nafas masuk), mempersembahkan prana sebagai korban ke dalam apana dan nafas apana ke dalam prana.

4-30
sarve ’py ete yajna-vido
yajna-ksapita-kalmasah
yajna-sistamrita-bhujo
yanti brahma sanatanam

Sementara yang lainnya, dengan pengaturan makanan, mempersembahkan nafas kehidupan sebagai korban ke dalam nafas kehidupan. Semuanya ini adalah yang mengetahui tentang yajna dan dengan yajna dosa-dosa mereka terhapuskan

4-31
nayam loko ’sty ayajnasya
kuto ’nyah kuru-sattama

Mereka yang makan makanan suci sisa persembahan akan mencapai Yang Mutlak abadi; dunia ini bukan dimaksudkan bagi mereka yang tidak melakukan yajna, apalagi untuk dunia lainnya, wahai Kurusattama (Arjuna)

4-32
evam bahu-vidha yajna
vitata brahmano mukhe
karma-jan viddhi tan sarvan
evam jnatva vimoksyase

Jadi, banyak bentuk upacara korban yang dihaturkan kepada Brahman (yang dilakukan untuk dapat mencapai-Nya). Ketahuilah bahwa semuanya ini berasal dari kegiatan kerja, sehingga dengan mengetahui hal ini engkau akan terbebaskan.

4-33
sreyan dravya-mayad yajnaj
jnana-yajnah parantapa
sarvam karmakhilam partha
jnane parisamapyate

Ilmu pengetahuan sebagai yajna, lebih unggul dari pada yajna material apapun, wahai Paramtapa (Arjuna), karena segala kegiatan kerja tanpa kecuali memuncak dalam kebijaksanaan, wahai Partha (Arjuna)

4-34
tad viddhi pranipatena
pariprasnena sevaya
upadeksyanti te jnanam
jnaninas tattva-darshinah

Belajarlah, bahwa dengan sujud bersembah, dengan bertanya dan dengan pelayanan; orang-orang bijaksana yang telah melihat kebenaran mengajarmu dalam ilmu pengetahuan.

4-35
yaj jnatva na punar moham
evam yasyasi pandava
yena bhutany asesani
draksyasy atmany atho mayi

Bila engkau telah mengetahui hal itu, engkau tak akan terbingungkan lagi, wahai Pandawa (Arjuna), karena dengan ini engkau akan melihat semua eksistensi tanpa kecuali ada pada sang Diri, dan di dalam-Ku

4-36
api ced asi papebhyah
sarvebhyah papa-krt-tamah
sarvam jnana-plavenaiva
vrjinam santarisyasi

Walaupun seandainya engkau paling berdosa di antara semua orang yang berdosa, engkau akan dapat menyeberangi segala kejahatan dengan perahu kebijaksanaan ini saja.

4-37
yathaidhamsi samiddho ’gnir
bhasma-sat kurute ’rjuna
jnanagnih sarva-karmani
bhasma-sat kurute tatha

Seperti api yang menyala, membakar habis kayu bakar menjadi abu, wahai Arjuna, demikian pula api kebijaksanaan membakar habis segala kegiatan kerja menjadi abu.

4-38
na hi jnanena sadrsam
pavitram iha vidyate
tat svayam yoga-samsiddhah
kalenatmani vindati

Di bumi ini tak ada yang menyamai kemurnian kebijaksanaan. Mereka yang menjadi sempurna melalui yoga, dalam perjalanan waktu akan menemukan sang diri dalam dirinya sendiri.

4-39
shraddhaval labhate jnanam
tat-parah samyatendriyah
jnanam labdhva param shantim
acirenadhigacchati

Ia yang memiliki keyakinan, yang terserap di dalam kebijaksanaan dan yang telah menundukkan indra-indranya, akan memperoleh kebijaksanaan dan setelah memperoleh kebijaksanaan, dengan cepat ia akan mendapatkan kedamaian tertinggi.

4-40
ajnas casraddadhanas ca
samsayatma vinasyati
nayam loko ’sti na paro
na sukham samsayatmanah

Tetapi, orang yang bodoh, yang tidak memiliki keyakinan, yang bersifat ragu-ragu, akan musnah. Bagi yang ragu-ragu, tak ada kebahagiaan baik di dunia ini maupun di dunia sana nantinya.

4-41
yoga-sannyasta-karmanam
jnana-sanchinna-samsayam
atmavantam na karmani
nibadhnanti dhananjaya

Kegiatan kerja tak akan membelenggu mereka yang telah melepaskan segala kegiatan kerja dengan yoga, yang telah memusnahkan segala keragu-raguannya dengan kebijaksanaan dan yang senantiasa bersandar pada sang diri, wahai Dhanamjaya (Arjuna)

4-42
tasmad ajnana-sambhutam
hrt-stham jnanasinatmanah
chittvainam samsayam yogam
atisthottistha bharata

Oleh sebab itu, setelah memotong keragu-raguan dengan pedang ilmu pengetahuan (kebijaksanaan) dalam hati yang berasal dari ketidaktahuan, berlindunglah pada yoga dan bangkitlah, wahai Bharata (Arjuna)

Inilah akhir bab ke IV, percakapan yang berjudul JNANA YOGA

Selasa, 14 Februari 2017

Kitab Bhagavad Gita Bab 3


Bab III 
Karma Yogah 


 3-1 
arjuna uvaca jyayasi cet karmanas te mata buddhir janardana tat kim karmani ghore mam niyojayasi keshava 

 Arjuna bertanya: Bila Engkau beranggapan bahwa jalan ilmu pengetahuan lebih mulia dari pada jalan kegiatan, wahai Janardana (Krsna), lalu mengapa Engkau menyuruhku untuk melakukan kegiatan yang kejam ini, wahai Kesava? 

 3-2 
vyamisreneva vakyena buddhim mohayashiva me tad ekam vada niscitya yena sreyo ’ham apnuyam 

Dengan uraian-Mu yang membingungkan pikiranku itu, katakanlah dengan pasti satu-satunya jalan yang dapat aku jalani untuk mencapai kebahagiaan tertinggi itu. 

3-3 
sri-bhagavan uvaca loke ’smin dvi-vidha nistha pura prokta mayanagha jnana-yogena sankhyanam karma-yogena yoginam 

 Sri Bhagavan bersabda: Wahai Anagha (Arjuna), di dunia ini sejak dahulu telah Ku-ajarkan dua macam jalan dalam kehidupan ini, yaitu: jalan pengetahuan bagi mereka yang suka melakukan perenungan dan jalan kegiatan kerja bagi mreka yang bersemangat untuk bekerja 

 3-4 
na karmanam anarambhan naishkarmyam purusho ’snute na ca sannyasanad eva siddhim samadhigacchati 

 Bukan dengan tidak bekerja orang mencapai kesempurnaan, ataupun hanya dengan penyangkalan kegiatan kerja orang mencapai kesempurnaan. 

 3-5 
na hi kascit ksanam api jatu tisthaty akarma-krt karyate hy avasah karma sarvah prakriti-jair gunaih 

Tak seorangpun dapat tetap tanpa melakukan kegiatan kerja walau sesaaat saja, karena setiap orang dibuat tak berdaya oleh kecenderungan-kecenderungan alam untuk melakukan kegiatan kerja 

3-6 
karmendriyani samyamya ya aste manasa smaran indriyarthan vimudhatma mithyacarah sa ucyate 

Mereka yang menahan organ-organ kegiatannya, namun masih tetap membayangkan segala kenikmatan indra-indranya dalam pikirannya, yang terbingungkan seperti itu dikatakan sebagai orang munafik 

 3-7 
yas tv indriyani manasa niyamyarabhate ’rjuna karmendriyaih karma-yogam asaktah sa visisyate 

Tetapi, orang yang dapat mengendalikan indra-indranya dengan pikiran, wahai Arjuna, dan tanpa keterikatan dengan terlibatnya organ-organ kegiatan di jalan kerja, ia adalah orang yang utama 

 3-8 
niyatam kuru karma tvam karma jyayo hy akarmanah sarira-yatrapi ca te na prasiddhyed akarmanah 

Lakukanlah kegiatan yang diperuntukkan bagimu, karena kegiatan kerja lebih baik dari pada tanpa kegiatan; dan memelihara kehidupan fisik sekalipun tak dapat dilakukan tanpa kegiatan kerja. 

 3-9
 yajnarthat karmano ’nyatra loko ’yam karma-bandhanah tad-artham karma kaunteya mukta-sangah samacara 

 Kecuali kerja yang dilakukan sebagai dan untuk tujuan pengorbanan, dunia ini terbelenggu oleh kegiatan kerja. Oleh karena itu, wahai putra Kunti (Arjuna), lakukanlah kegiatanmu sebagai pengorbanan itu dan jangan terikat dengan hasilnya. 

3-10 
saha-yajnah prajah srstva purovaca prajapatih anena prasavisyadhvam esa vo ’stv ista-kama-dhuk 

 Dahulu kala, Prajapati menciptakan manusia bersama-sama dengan pengorbanan dan berkata: “Dengan ini semoga engkau akan berkembang biak dan biarlah ini menjadi sapi perahan. 

 3-11 
devan bhavayatanena te deva bhavayantu vah parasparam bhavayantah sreyah param avapsyatha 

Dengan melakukan ini engkau memelihara kelangsungan para dewa; semoga para dewata juga memberkahimu; dengan saling menghormati seperti itu, engkau akan mencapai kebajikan tertinggi. 

 3-12 
istan bhogan hi vo deva dasyante yajna-bhavitah tair dattan apradayaibhyo yo bhunkte stena eva sah 

Dihormati dengan pengorbanan seperti itu, para dewa akan memberkahi kesenangan yang kamu inginkan. Ia yang menikmati pemberian ini tanpa memberi balasan kepada mereka sesungguhnya adalah seorang pencuri. 

 3-13 
yajna-sistasinah santo mucyante sarva-kilbisaih bhunjate te tv agham papa ye pacanty atma-karanat 

Orang-orang baik yang makan sisa persembahan kurban akan terlepas dari segala dosa, tetapi orang-orang jahat yang mempersiapkan makanan hanya bagi dirinya sendiri, sesungguhnya mereka itu makan dosa. 

 3-14 
annad bhavanti bhutani parjanyad anna-sambhavah yajnad bhavati parjanyo yajnah karma-samudbhavah 

Dari makananlah munculnya makhluk-makhluk ini; dan makanan muncul dari air hujan; dan air hujan terjadi karena adanya pengorbanan dan pengorbanan datangnya dari kegiatan kerja. 

 3-15 
karma brahmodbhavam viddhi brahmakshara-samudbhavam tasmat sarva-gatam brahma nityam yajne pratisthitam 

 Ketahuilah bahwa asal mula dari kegiatan kerja itu dari kitab-kitab Veda dan Veda sendiri berasal dari Yang Abadi. Oleh karena itu, Veda yang maha luas itu senantiasa berkisar di antara pengorbanan.

 3-16 
evam pravartitam cakram nanuvartayatiha yah aghayur indriyaramo mogham partha sa jivati 

 Di dunia ini, mereka yang tidak ikut membantu memutar roda kehidupan ini, pada dasarnya bersifat jahat, memperturutkan nafsu semata dan mengalami penderitaan, wahai Partha 

 3-17 
yas tv atma-ratir eva syad atma-trptas ca manavah atmany eva ca santustas tasya karyam na vidyate 

Tetapi, orang yang selalu bersenang hati pada sang Diri, yang selalu puas dengan sang Diri, yang selalu yakin dengan sang Diri, baginya tak ada lagi kegiatan kerja yang harus dilakukannya. 
 
3-18 
naiva tasya krtenartho nakrteneha kascana na casya sarva-bhutesu kascid artha-vyapasrayah 

 Di samping itu, di dunia ini ia telah tidak berniat lagi untuk mendapatkan apapun dari kegiatan yang dilakukannya dan juga tidak merasa rugi apapun dengan tidak bekerja. Ia tidak bergantung pada semua orang dengan harapan apapun juga. 

 3-19 
tasmad asaktah satatam karyam karma samacara asakto hy acaran karma param apnoti purushah 

 Oleh karena itu, tanpa keterikatan, lakukanlah selalu kegiatan kerja yang harus dilakukan, karena dengan melakukan kerja tanpa pamrih seperti itu membuat manusia mencapai tingkatan tertinggi. 

 3-20 
karmanaiva hi samsiddhim asthita janakadayah loka-sangraham evapi sampasyan kartum arhasi 

 Bahkan dengan cara bekerja demikian itu Raja Janaka dan yang lainnya mencapai kesempurnaan. Engkau juga hendaknya melakukan kegiatan kerja dengan pandangan untuk memelihara dunia ini. 

 3-21 
yad yad acarati sresthas tat tad evetaro janah sa yat pramanam kurute lokas tad anuvartate

 Apapun yang dilakukan orang besar, orang lain pun melakukan hal yang sama. Contoh apapun yang diberikannya, seluruh dunia mengikutinya.

 3-22 
na me parthasti kartavyam trisu lokesu kincana nanavaptam avaptavyam varta eva ca karmani 

 Bagiku di ketiga dunia ini tak ada sesuatupun yang harus Ku-lakukan ataupun yang harus dicapai, wahai Partha (Arjuna); namun aku tetap sibuk terlibat dalam kegiatan kerja. 

 3-23 
yadi hy aham na varteyam jatu karmany atandritah mama vartmanuvartante manushyah partha sarvasah  
Karena, apabila Aku tidak selalu bekerja tanpa jemu-jemunya, wahai Partha (Arjuna), manusia dalam segala hal akan mengikuti jalan-Ku 

 3-24 
utsideyur ime loka na kuryam karma ced aham sankarasya ca karta syam upahanyam imah prajah 

Bila Aku berhenti bekerja, dunia ini akan mengalami kehancuran dan Aku akan menjadi pencipta kehidupan yang kacau balau dan menghancurkan penghuni dunia ini. 

 3-25 
saktah karmany avidvamso yatha kurvanti bharata kuryad vidvams tathasaktas cikirsur loka-sangraham 

Seperti orang bodoh yang bekerja karena pamrih dari kegiatan kerjanya, demikian pula hendaknya orang terpelajar bekerja, wahai Bharata (Arjuna), tetapi tanpa pamrih dan semata-mata dengan keinginan untuk memelihara kesejahteraan tatanan dunia ini saja. 

 3-26 
na buddhi-bhedam janayed ajnanam karma-sanginam josayet sarva-karmani vidvan yuktah samacaran 

 Para jnanin hendaknya jangan membingungkan pikiran orang-orang bodoh yang terikat melakukan kegiatannya. Mereka yang tercerahi melakukan segala kegiatan kerja dalam semangat yoga untuk memberi contoh yang lainnya. 

 3-27 
prakriteh kriyamanani gunaih karmani sarvasah ahankara-vimudhatma kartaham iti manyate 

Sementara segala jenis kegiatan kerja dilakukan oleh guna (sifat) dari prakrti, ia yang dibingungkan oleh rasa keakuannya berpendapat bahwa “Akulah si pelakunya.” 

 3-28 
tattva-vit tu maha-baho guna-karma-vibhagayoh guna gunesu vartanta iti matva na sajjate 

 Tetapi, mereka yang mengetahui karakter sebenarnya dari perbedaan antara guna dan kegiatan kerja mereka, wahai yang berlengan perkasa (Arjuna), akan dapat memahami bahwa guna hanya mempengaruhi guna sebagai obyek, dan tak akan terikat dengannya. 

 3-29 
prakriter guna-sammudhah sajjante guna-karmasu tan akrtsna-vido mandan krtsna-vin na vicalayet 

Mereka yang ditipu oleh guna dari prakrti terikat pada kegiatan kerja yang dihasilkannya. Tetapi bagi mereka yang mengetahuinya janganlah membingungkan pikiran orang-orang bodoh yang hanya mengetahui sebagian kecil saja.

 3-30 
mayi sarvani karmani sannyasyadhyatma-cetasa nirasir nirmamo bhutva yudhyasva vigata-jvarah 

Dengan memasrahkan segala kegiatan kerja kepada-Ku, dengan kesadaran yang termantapkan pada sang Diri, terbebas dari keinginan dan keakuan, berjuanglah kamu, bebaskan dirimu dari gejolak mental. 

 3-31 
ye me matam idam nityam anutishthanti manavah shraddhavanto ’nasuyanto mucyante te ’pi karmabhih 

Mereka yang penuh keyakinan dan bebas dari hal-hal yang remeh secara konstan mengikuti ajaran-Ku ini juga terbebaskan dari belenggu kegiatan kerja. 

 3-32 
ye tv etad abhyasuyanto nanutishthanti me matam sarva-jnana-vimudhams tan viddhi nastan acetasah 

Tetapi, mereka yang mencela ajaran-Ku dan tidak mengikutinya, ketahuilah bahwa mereka itu buta terhadap segala kebijaksanaan, tersesat dan tanpa perasaan. 

 3-33 
sadrsam cestate svasyah prakriter jnanavan api prakritim yanti bhutani nigrahah kim karishyati 

Bahkan orang-orang yang berpengetahuan juga berbuat sesuai dengan sifatnya. Semua makhluk bertindak mengikuti sifat-sifatnya. Apa yang dapat diselesaikan dengan menekannya? 

 3-34 
indriyasyendriyasyarthe raga-dvesau vyavasthitau tayor na vasam agacchet tau hy asya paripanthinau 

Karena, setiap keterikatan dan kebencian dimantapkan pada obyek-obyek indra tersebut. Jangan ada yang menyerah terhadap pengaruhnya, karena keduanya itu merupakan halangan saja. 

 3-35 
sreyan sva-dharmo vigunah para-dharmat sv-anusthitat sva-dharme nidhanam sreyah para-dharmo bhayavahah 

 Lebih baik melakukan dharmanya sendiri walaupun tidak sempurna dari pada melaksanakan dharma orang lain walaupun dikerjakan dengan sempurna. Lebih baik mati dalam menyelesaikan dharmanya sendiri dari pada mengikuti dharma orang lain yang berbahaya. 

 3-36 
arjuna uvaca atha kena prayukto ’yam papam carati purushah anicchann api varsneya balad iva niyojitah 

Arjuna bertanya: Tetapi dengan apakah seseorang didorong untuk berbuat dosa, wahai Warsneya (Krsna), seakan-akan dipaksa, walaupun bertentangan dengan kehendaknya sendiri? 

 3-37 
sri-bhagavan uvaca kama esa krodha esa rajo-guna-samudbhavah mahasano maha-papma viddhy enam iha vairinam 

 Sri Bhagavan bersabda: Itulah kemarahan, nafsu yang berasal dari guna rajas yang sangat merusak dan sangat berdosa. Ketahuilah bahwa itu adalah musuh. 

 3-38 
dhumenavriyate vahnir yathadarso malena ca yatholbenavrto garbhas tatha tenedam avrtam 

Seperti api yang diselimuti asap, seperti cermin yang diselimuti debu, seperti janin yang terbungkus dalam kandungan, demikianlah hal ini diselubungi oleh (sifat rajas) itu. 

 3-39 
avrtam jnanam etena jnanino nitya-vairina kama-rupena kaunteya duspurenanalena ca 

 Wahai putra Kunti (Arjuna), kecerdasan ini ditutupi oleh api keinginan yang tak pernah puas ini, yang merupakan musuh utama bagi para bijak 

 3-40 
indriyani mano buddhir asyadhisthanam ucyate etair vimohayaty esa jnanam avrtya dehinam

 Indra-indra, pikiran dan kecerdasan dikatakan sebagai tempat kedudukannya. Dengan terselubunginya kebijaksanaan oleh ini, ia mengelirukan sang roh (penghuni badan) ini.

 3-41 
tasmat tvam indriyany adau niyamya bharatarsabha papmanam prajahi hy enam jnana-vijnana-nasanam 

Oleh karena itu, wahai yang terbaik dari wangsa Bharata (Arjuna), kendalikanlah indra-indramu sejak awal dan musnahkanlah perusak kebijaksanaan dan kemampuan pembeda, yang penuh dosa itu. 

 3-42 
indriyani parany ahur indriyebhyah param manah manasas tu para buddhir yo buddheh paratas tu sah 

Orang mengatakan bahwa indra-indra itu besar; lebih besar dari pada indra adalah pikiran; lebih besar dari pada pikiran adalah kecerdasan; tetapi lebih besar dari pada kecerdasan itu adalah Dia. 

 3-43 
evam buddheh param buddhva samstabhyatmanam atmana jahi satrum maha-baho kama-rupam durasadam 

 Jadi, dengan mengetahuinya, yang melampaui kecerdasan itu, dengan mengendalikan sang diri (yang lebih rendah) dengan Diri yang lebih tinggi, wahai Yang berlenganperkasa (Arjuna), musnahkanlah musuh-musuh yang berwujud keinginan itu, yang sulit untuk diatasi. 


 Inilah akhir dari bab ketiga yang berjudul KARMA YOGA