Senin, 27 Februari 2017

Kitab Bhagavad Gita Bab 5

BAB V

Karma Samnyasa Yoga

5-1
arjuna uvaca
sannyasam karmanam krishna
punar yogam ca samsasi
yac chreya etayor ekam
tan me bruhi su-niscitam

Arjuna bertanya:
Wahai Krsna, Engkau memuji penyangkalan kegiatan kerja dan juga pelaksanaan kegiatan kerja tanpa pamrih.
Katakanlah kepadaku dengan pasti, yang manakah yang lebih baik di antara keduanya ini?

5-2
sri-bhagavan uvaca
sannyasah karma-yogas ca
nihsreyasa-karav ubhau
tayos tu karma-sannyasat
karma-yogo visisyate

Sri Bhagavan bersabda:
Penyangkalan dari kegiatan kerja dan pelaksanaannya yang tanpa pamrih keduanya mengantarkan pada pembebasan roh.
Tetapi dari keduanya itu, yang lebih baik adalah pelaksanaan kegiatan kerja tanpa pamrih

5-3
jneyah sa nitya-sannyasi
yo na dvesti na kanksati
nirdvandvo hi maha-baho
sukham bandhat pramucyate

Ia yang tidak membenci ataupun berkeinginan, dikenal sebagai orang yang senantiasa dalam semangat penyangkalan; karena terbebas dari dualitas dia dengan mudah terbebaskan, wahai Mahabahu (Arjuna)

5-4
sankhya-yogau prithag balah
pravadanti na panditah
ekam apy asthitah samyag
ubhayor vindate phalam

Orang-orang bodoh yang mengatakan tentang penyangkalan dan pelaksanaan kegiatan kerja sebagai berbeda, bukanlah orang bijaksana.
Ia yang mempersiapkan dirinya baik-baik terhadap salah satu dari padanya akan memetik hasil dari keduanya

5-5
yat sankhyaih prapyate sthanam
tad yogair api gamyate
ekam sankhyam ca yogam ca
yah pasyati sa pasyati

Kedudukan yang dicapai oleh orang dengan penyangkalan kerja juga dicapai oleh orang dengan kegiatan kerja.
Ia yang melihat kedua jalan tersebut sebagai satu, ia lah sesungguhnya yang telah melihat.

5-6
sannyasas tu maha-baho
duhkham aptum ayogatah
yoga-yukto munir brahma
na cirenadhigacchati

Tetapi, penyangkalan kerja sulit dicapai tanpa yoga, wahai Mahabahu (Arjuna), orang bijak yang bersemangat dalam melakukan yoga, dengan segera mencapai Yang Mutlak (Tuhan)

5-7
yoga-yukto vishuddhatma
vijitatma jitendriyah
sarva-bhutatma-bhutatma
kurvann api na lipyate

Orang yang terlatih dalam jalan kegiatan dan hatinya murni, yang menguasai dirinya dan yang telah menaklukkan indra-indranya, yang jiwanya menjadi sang diri semua makhluk, tak akan tercemari oleh kegiatan kerja, walaupun ia bekerja.

5-8 & 9
naiva kincit karomiti
yukto manyeta tattva-vit
pasyan shrinvan sprsan jighrann
asnan gacchan svapan svasan

pralapan visrjan grhnann
unmisan nimisann api
indriyanindriyarthesu
vartanta iti dharayan

Orang yang disatukan dengan Yang Ilahi dan mengetahui kebenaran akan berpikir “Aku sama sekali tidak berbuat apapun” walaupun sedang melihat, mendengar, menyentuh, membaui, mengecap, berjalan, tidur maupun bernafas

Dalam berbicara, melepaskan, meraih, membuka dan menutup mata ia hanya menganggap bahwa hanya indra-indra sajalah yang bergerak di antara obyek indra-indra.

5-10
brahmany adhaya karmani
sangam tyaktva karoti yah
lipyate na sa papena
padma-patram ivambhasa

Ia yang bekerja setelah melepaskan keterikatan serta mempersembahkan kegiatan kerjanya kepada Tuhan, tak akan tersentuh oleh dosa, bagaikan daun teratai, yang tak terbasahi oleh air.

5-11
kayena manasa buddhya
kevalair indriyair api
yoginah karma kurvanti
sangam tyaktvatma-shuddhaye

Para yogi yang melaksanakan kegiatan kerja hanya dengan badan jasmani, pikiran, pengertian atau hanya dengan indra-indra, melepaskan keterikatan, demi untuk pemurnian jiwanya.

5-12
yuktah karma-phalam tyaktva
shantim apnoti naisthikim
ayuktah kama-karena
phale sakto nibadhyate

Seorang pengabdi mencapai kedamaian dengan melepaskan keterikatan pada hasil kegiatan kerja, tetapi mereka yang tidak menyatukan jiwanya dengan yang Ilahi, didorong oleh keinginan-keinginan dan terikat dengan hasil kegiatan kerja sehingga mereka terbelenggu.

5-13
sarva-karmani manasa
sannyasyaste sukham vasi
nava-dvare pure dehi
naiva kurvan na karayan

Jiwa yang telah mengendalikan sifat-sifatnya dan melepaskan segala kegiatan kerja dengan pikiran yang mengarah ke dalam, bersemayam dengan tenang dalam kota dengan sembilan gerbang, tanpa bekerja maupun menyebabkannya bekerja.

5-14
na kartrtvam na karmani
lokasya srjati prabhuh
na karma-phala-samyogam
svabhavas tu pravartate

Sang Diri sebagai penguasa tidak menciptakan pelaku bagi orang-orang maupun berbuat.
Dia juga tidak mengkaitkan kegiatan kerja dengan hasilnya.
Sifatnya kegiatan kerja itu sendirilah terjadi.

5-15
nadatte kasyacit papam
na caiva sukritam vibhuh
ajnanenavrtam jnanam
tena muhyanti jantavah

Roh Yang meliputi segalanya ini tidak menerima dosa maupun kebajikan siapapun. Kebijaksanaan tertutupi oleh ketidaktahuan, sehingga makhluk-makhluk terbingungkan olehnya.

5-16
jnanena tu tad ajnanam
yesham nasitam atmanah
tesham aditya-vaj jnanam
prakasayati tat param

Tetapi bagi mereka yang ketidaktahuannya telah dimusnahkan oleh kebijaksanaan, kebijaksanaan itu akan memperlihatkan Diri Tertinggi seperti matahari.

5-17
tad-buddhayas tad-atmanas
tan-nisthas tat-parayanah
gacchanty apunar-avrttim
jnana-nirdhuta-kalmasah

Dengan memikirkan-Nya, mengarahkan segenap kesadaran kepada-Nya, menjadikan-Nya sebagai tujuan utama, menjadikan-Nya sebagai satu-satunya obyek pemujaannya, mereka mencapai keadaan tanpa jalan kembali dan dosa-dosanya akan terhapus oleh kebijaksanaan itu.

5-18
vidya-vinaya-sampanne
brahmane gavi hastini
suni caiva sva-pake ca
panditah sama-darsinah

Orang bijak melihat dengan pandangan yang sama, baik seorang Brahmana terpelajar dan rendah hati, seekor sapi, seekor gajah, atau bahkan seekor anjing atau seorang yang berkelahiran hina.

5-19
ihaiva tair jitah sargo
yesham samye sthitam manah
nirdosam hi samam brahma
tasmad brahmani te sthitah

Bahkan di bumi sebagai ciptaan ini diatasi oleh mereka yang pikirannya mantap dalam keseimbangan; karena Tuhan Maha Sempurna dan bertindak sama terhadap semuanya. Oleh karena itu, orang semacam ini senantiasa mantap pada Tuhan.

5-20
na prahrsyet priyam prapya
nodvijet prapya capriyam
sthira-buddhir asammudho
brahma-vid brahmani sthitah

Seseorang hendaknya tidak bergembira dalam mendapatkan apa yang menyenangkan, ataupun bersedih menerima apa yang tak menyenangkan.
Ia yang pemahamannya mantap dan tak terbingungkan, yang mengetahui Tuhan seperti itu tetap teguh dalam Tuhan

5-21
bahya-sparsesv asaktatma
vindaty atmani yat sukham
sa brahma-yoga-yuktatma
sukham akshayam asnute

Bila jiwanya tak lagi terikat dengan hubungan (obyek) eksternal, seseorang akan menermukan kebahagiaan yang ada dalam sang Diri.
Orang semacam itu, yang dirinya terkendali dalam Yoga pada Tuhan (Brahman) akan menikmati kebahagiaan abadi.

5-22

ye hi samsparsha-ja bhoga
duhkha-yonaya eva te
ady-antavantah kaunteya
na tesu ramate budhah

Kesenangan apapun yang berasal dari hubungan dengan obyek-obyek, hanya merupakan sumber kesedihan, karena ia memiliki awal dan akhir, wahai putra Kunti (Arjuna).
Tak seorang bijaksanapun yang tertarik dengannya.

5-23
saknotihaiva yah sodhum
prak sarira-vimokshanat
kama-krodhodbhavam vegam
sa yuktah sa sukhi narah

Ia yang mampu menahan nafsu keinginan dan kemarahan; bahkan disini ( di bumi ini) sebelum ia menanggalkan badan jasmaninya, ia adalah seorang yogi, orang yang berbahagia.

5-24
yo ’ntah-sukho ’ntar-aramas
tathantar-jyotir eva yah
sa yogi brahma-nirvanam
brahma-bhuto ’dhigacchati

Ia yang menemukan kebahagiaan dalam dirinya, kegembiraan dan hanya cahaya batin dalam dirinya, maka yogin yang seperti itu menjadi bersifat Ilahi dan mencapai kerajaan Tuhan (brahmanirwana).

5-25
labhante brahma-nirvanam
rsayah ksina-kalmasah
chinna-dvaidha yatatmanah
sarva-bhuta-hite ratah

Orang suci yang dosa-dosanya termusnahkan, yang keragu-raguannya terhapuskan, yang pikirannya telah didisiplinkan dan yang bergembira melakukan kebajikan pada semua makhluk, mencapai penyatuan dengan Tuhan.

5-26
kama-krodha-vimuktanam
yatinam yata-cetasam
abhito brahma-nirvanam
vartate viditatmanam

Bagi para yati yang bebas dari keinginan dan kemarahan dan telah menaklukkan pikirannya dan yang memiliki pengetahuan tentang sang Diri, dekat dirinya terdapat sikap-sikap Ilahi.

5-27 & 5-28
sparshan kritva bahir bahyams
caksus caivantare bhruvoh
pranapanau samau kritva
nasabhyantara-carinau

yatendriya-mano-buddhir
munir moksha-parayanah
vigateccha-bhaya-krodho
yah sada mukta eva sah

Dengan memutuskan semua obyek eksternal, dengan mengkonsentrasikan pandangan mata di antara kedua alis mata, bahkan dengan mengatur masuk dan keluarnya nafas lewat lubang hidung, orang-orang suci yang telah mengendalikan indra-indra, pikiran dan kecerdasannya serta berniat mendapat kelepasan, mencampakkan segala keinginan, rasa takut dan kemarahan, senantiasa berada dalam kebebasan.

5-29
bhoktaram yajna-tapasam
sarva-loka-maheshvaram
suhridam sarva-bhutanam
jnatva mam shantim rcchati

Dan setelah mengetahui Aku sebagai penikmat yajna dan tapah, sebagai Penguasa Tertinggi dari seluruh dunia, Kawan bagi semua makhluk, para bijak mencapai kedamaian tertinggi.

Di sini berakhir bab ke V, percakapan yang berujudl KARMA SAMNYASA YOGA

Tidak ada komentar: