Senin, 06 Maret 2017

Kitab Bhagavad Gita Bab 17

Bab 17

Sraddhatraya Wibhaga Yoga
Tiga Macam Fenomena Keyakinan

17-1
arjuna uvaca
ye shastra-vidhim utsrjya
yajante shraddhayanvitah
tesham nistha tu ka krishna
sattvam aho rajas tamah

Arjuna bertanya:
Mereka yang melalaikan petunjuk kitab suci, mempersembahkan upacara kurban yang disertai dengan keyakinan,
bagaimanakah kedudukan mereka ini, wahai Krsna?
Apakah ini disebut sattva, rajas atau tamas?

17-2
sri-bhagavan uvaca
tri-vidha bhavati shraddha
dehinam sa svabhava-ja
sattviki rajasi caiva
tamasi ceti tam shrinu

Sri Bhagavan bersabda:
Keyakinan dari perwujudan roh ada tiga macam,
yang berasal dari sifat, sattvam, rajas dan tama.
Dengarlah tentang hal itu sekarang.

17-3
sattvanurupa sarvasya
shraddha bhavati bharata
shraddha-mayo ’yam purusho
yo yac-chraddhah sa eva sah

Keyakinan dari setiap pribadi, wahai Bharata (Arjuna),
tergantung pada sifatnya.
Manusia merupakan wujud dari keyakinannya; apapun keyakinannya itu,
sesungguhnya demikian ia adanya.

17-4
yajante sattvika devan
yaksha-rakshamsi rajasah
pretan bhuta-ganams canye
yajante tamasa janah

Orang-orang sattvika memuja para dewa,
yang bersifat rajasa memuja para raksasa dan para yaksa
dan yang lainnya, yaitu para tamasa memuja roh-roh orang mati dan roh-roh halus lainnya.

17-5 & 17-6
ashastra-vihitam ghoram
tapyante ye tapo janah
dambhahankara-samyuktah
kama-raga-balanvitah

karsayantah sarira-stham
bhuta-gramam acetasah
mam caivantah sarira-stham
tan viddhy asura-niscayan

Orang-orang sombong
dan angkuh
dan didorong oleh kekuatan nafsu dan keterikatan,
yang melakukan tapah kekerasan (dengan menyiksa badan),
yang tidak mengikuti aturan kitab suci.
Karena kebodohannya,
dengan menekan kelompok unsur dalam badan dan Aku yang juga bersemayam dalam badan;
ketahuilah bahwa tujuan mereka itu bersifat jahat.

17-7
aharas tv api sarvasya
tri-vidho bhavati priyah
yajnas tapas tatha danam
tesham bhedam imam shrinu

Bahkan makanan yang umum dimakan semua orang ada tiga jenisnya.
Demikian pula yajna, tapah dan dana (amal sedekah).
Dengarkanlah perbedaan ketiganya itu.

17-8
ayuh-sattva-balarogya-
sukha-priti-vivardhanah
rasyah snigdhah sthira hrdya
aharah sattvika-priyah

Makanan yang meningkatkan kehidupan, kekuatan,
vitalitas,
kesehatan,
kegembiraan dan kesenangan,
yang terasa lezat,
lembut,
menyegarkan dan enak,
disukai oleh para sattvika.

17-9
katv-amla-lavanaty-usna-
tiksna-ruksa-vidahinah
ahara rajasasyesta
duhkha-sokamaya-pradah

Makanan yang pahit,
masam,
asin,
pedas,
kebanyakan rempah-rempah (bumbu),
keras dan hangus,
yang menyebabkan penderitaan dan penyakit serta kesusahan,
disukai oleh kaum rajasa.

17-10
yata-yamam gata-rasam
puti paryusitam ca yat
ucchistam api camedhyam
bhojanam tamasa-priyam

Makanan yang basi,
kehilangan rasa,
busuk,
berbau,
bekas sisa dan tidak bersih
adalah yang disukai para tamasa.

17-11
aphalakanksibhir yajno
vidhi-disto ya ijyate
yastavyam eveti manah
samadhaya sa sattvikah

Yajna yang dipersembahkan sesuai dengan aturan kitab suci oleh mereka yang tidak mengharapkan ganjaran dan sangat percaya bahwa itu merupakan kewajiban yang harus dilakukan,
merupakan yajna sattvika.

17-12
abhisandhaya tu phalam
dambhartham api caiva yat
ijyate bharata-srestha
tam yajnam viddhi rajasam

Tetapi,
yang dipersembahkan dengan mengharapkan ganjaran atau hanya untuk pamer saja, ketahuilah, wahai Bharatasrestha (Arjuna), bahwa yajna itu bersifat rajasa

17-13
vidhi-hinam asrstannam
mantra-hinam adaksinam
shraddha-virahitam yajnam
tamasam paricakshate

Yajna yang tidak mengikuti aturan,
di mana tak ada makanan yang dibagikan,
tak ada mantra diucapkan
dan tanpa pemberian amal sedekah
dan tanpa keyakinan,
dinyatakan sebagai yajna tamasa

17-14
deva-dvija-guru-prajna-
pujanam shaucam arjavam
brahmacaryam ahimsa ca
sariram tapa ucyate

Pemujaan para dewa,
para dwijati,
para guru dan orang-orang bijak,
kemurnian,
kejujuran,
pengendalian nafsu dan tanpa kekerasan;
ini dikatakan sebagai tapah badan.

17-15
anudvega-karam vakyam
satyam priya-hitam ca yat
svadhyayabhyasanam caiva
van-mayam tapa ucyate

Pengucapan kata-kata yang tidak menyebabkan sakit hati,
dapat dipercaya,
menyenangkan dan berguna
serta membaca Veda secara teratur,
ini dikatakan sebagai tapah dalam perkataan.

17-16
manah-prasadah saumyatvam
maunam atma-vinigrahah
bhava-samsuddhir ity etat
tapo manasam ucyate

Kedamaian pikiran,
sopan santun,
pendiam,
pengendalian diri dan kemurnian pikiran,
ini dikatakan tapah dari pikiran.

17-17
shraddhaya paraya taptam
tapas tat tri-vidham naraih
aphalakanksibhir yuktaih
sattvikam paricakshate

Tiga macam tapah yang dilakukan dengan penuh keyakinan orang-orang yang pikirannya seimbang tanpa mengharapkan balas jasa, disebut sattvika

17-18
satkara-mana-pujartham
tapo dambhena caiva yat
kriyate tad iha proktam
rajasam calam adhruvam

Tapah yang dilaksanakan agar mendapat kehormatan,
disegani dan dipuja-puja,
serta demi untuk pamer semata
dikatakan sebagai tapah rajasa,
yang tidak stabil dan tidak kekal

17-19
mudha-grahenatmano yat
pidaya kriyate tapah
parasyotsadanartham va
tat tamasam udahrtam

Tapah yang dilaksanakan dengan pemahaman bodoh dengan cara penyiksaan badan atau yang menyebabkan penderitaan orang lain, dikatakan sebagai tapah tamasa

17-20
datavyam iti yad danam
diyate ’nupakarine
dese kale ca patre ca
tad danam sattvikam smrtam

Amal sedekah yang diberikan kepada seseorang yang dianggap tak mungkin dapat membalasnya kembali,
dengan perasaan bahwa sudah merupakan kewajibannya untuk memberi
dan yang diberikan pada tempat, waktu dan orang yang layak menerimanya,
sedekah semacam itu dianggap sebagai sattvika.

17-21
yat tu pratyupakarartham
phalam uddisya va punah
diyate ca pariklistam
tad danam rajasam smrtam

Tetapi amal sedekah yang diberikan dengan harapan balasan kembali
atau dengan harapan perolehan masa depan atau dengan perasaan keberatan untuk memberikannya,
dipandang sebagai bersifat rajasa

17-22
adesa-kale yad danam
apatrebhyas ca diyate
asat-kritam avajnatam
tat tamasam udahrtam

Dan amal sedekah yang diberikan pada tempat, waktu yang salah serta terhadap orang yang tidak layak menerimanya,
tanpa aturan semestinya
atau dengan sikap menghina,
hal itu dinyatakan sebagai tamasa

17-23
om tat sad iti nirdeso
brahmanas tri-vidhah smrtah
brahmanas tena vedas ca
yajnas ca vihitah pura

Kata “Aum Tat Sat” ini dipandang sebagai lambang tiga aspek Brahman.
Dengan tiga kata ini telah ditetapkan tentang para Brahmana, kitab suci Veda dan yajna jaman dahulu.

17-24
tasmad om ity udahrtya
yajna-dana-tapah-kriyah
pravartante vidhanoktah
satatam brahma-vadinam

Oleh karena itu,
dengan pengucapan suku kata “aum”,
kegiatan yajna,
dana dan tapah seperti yang dinyatakan dalam kitab suci senantiasa dipergunakan oleh para penganut Brahman

17-25
tad ity anabhisandhaya
phalam yajna-tapah-kriyah
dana-kriyas ca vividhah
kriyante moksha-kanksibhih

Dan dengan pengucapan suku kata “tat”, kegiatan yajna, tapah dan berbagai kegiatan dana dilaksanakan oleh para pencari kebebasan,
tanpa tujuan untuk mendapat balas jasa.

17-26 & 17-27

sad-bhave sadhu-bhave ca
sad ity etat prayujyate
prasaste karmani tatha
sac-chabdah partha yujyate

yajne tapasi dane ca
sthitih sad iti cocyate
karma caiva tad-arthiyam
sad ity evabhidhiyate

Suku kata “sat” dipergunakan dalam pengertian realitas, kebajikan, wahai Partha (Arjuna);
dan kata “sat” juga dipergunakan dalam kegiatan yang patut dipuji.
Kemantapan dalam melakukan yajna, tapah, dana juga disebut “sat”
dan juga setiap kegiatan untuk tujuan itu disebut “sat”

17-28
ashraddhaya hutam dattam
tapas taptam kritam ca yat
asad ity ucyate partha
na ca tat pretya no iha

Persembahan dan dana apapun yang dilakukan,
tapah apapun yang dilaksanakan
dan yajna apapun yang dilakukan tanpa keyakinan, itu disebut “asat”, wahai Partha (Arjuna),
tak ada artinya baik disini maupun di dunia sana nantinya.

Di sini berakhir bab XVII, percakapan yang berjudul: Sraddhatraya Wibhaga Yoga

Tidak ada komentar: